Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemerdekaan itu Tidak Ada!

7 Agustus 2023   10:08 Diperbarui: 7 Agustus 2023   10:16 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terakhir, kemerdekaan pada konteks yang paling dalam. Manusia sebagai hamba Tuhan. Saya akan menuliskan dalam perspektif pemahaman saya sebagai seorang muslim. Pada konteks ini, maka manusia pada dasarnya tidak ada kemerdekaan. Itulah mengapa konsep manusia adalah hamba Tuhan. Namanya saja sudah hamba, maka semua perilaku dan cara hidupnya harus mengikuti kehendak Tuannya, yaitu Tuhan itu sendiri. Hampir semua agama memiliki aturan credo, norma, maupun ritus yang dijadikan acuan para penganutnya. Semua itu adalah aturan Tuhan supaya manusia tunduk dan mengikutinya.

Manusia yang baik adalah yang tidak memiliki kemerdekaan. Manusia yang melepaskan kehendak pribadinya. Manusia yang meletakkan ego jauh di belakang kehendak Tuhan. Bahkan dalam kajian tasawuf, semakin manusia merasakan ketiadaan dirinya, maka dia semakin dekat dengan Tuhan. Artinya, agama tidak menghendaki adanya manusia yang Merdeka. Mereka harus tunduk dan patuh. Itu saja. mungkin itulah mengapa agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW disebut sebagai Islam, dimana arti dasarnya adalah ketundukan, kepatuhan dan kepasrahan. Pada level ini, kemerdekaan itu tidak ada!

Dari ketiga konsep kemerdekaan di atas, level mana yang paling baik? Kita tidak perlu mempertentangkan. Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang terbebas dari segala bentuk penjajahan. Manusia yang merdeka adalah yang senantiasa sadar atas perilakunya, terbebas dari segala intervensi. Sebagai hamba Tuhan, kita tidak memerlukan diskusi tentang kemerdekaan, karena Tuhan justru menghendaki ketundukan.

Pada akhirnya, kita akan berusaha meraih kemerdekaan yang mana? Pertanyaan ini terkait dengan posisi dan perspektif. Dalam posisi siapa kita? Dan sudut pandang apa yang kita gunakan? Mari kita mematut diri kita masing-masing. Saya sepenuhnya setuju, bagian dari peringatan kemerdekaan adalah refleksi dalam sunyi. Sejauh mana kita merdeka?

Syarif Nurhidayat@Tegalsari, 6 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun