Mereka yang hadir ke rumah sakit tetapi nyatanya tidak sakit, bisa saja keluar dari rumah sakit akan benar-benar sakit. Bagaimana tidak, ketika mereka terpaksa datang ke rumah sakit, paling tidak mereka harus berpura-pura agar mereka tampak tidak terpaksa mengunjungi atau mengantar kerabatnya.
Senyum mereka tampilkan sedemikian rupa, sehingga bermakna rasa khawatir, iba, dan harapan. Kata-katanya harus di susun hati-hati, jangan sampai menyinggung si sakit, harus selalu memberi motivasi agar cepat sembuh. Sedangkan Nabi jelas mengajarkan kita untuk berempati, bukan pura-pura berempati.
Sedangkan yang paling akhir saya sebutkan, yaitu datang ke rumah sakit untuk bersyukur, adalah orang yang paling parah menurut kawan saya ketika bertemu pada suatu malam di sebuah lapangan saat gerimis mulai reda.
Saat orang harus memandang kelemahan dan penderitaan orang lain dahulu, Â baru dia bisa merasakan gembira dan bersyukur atas keadaan dirinya, maka itu adalah sebenar-benarnya sakit yang akut.
Syarif_Enha@JambidanKidul, 2012
*Pernah dipublikasikan dalam Bulletin Mocopat Syafaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H