Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Edisi Rumah Sakit

25 September 2020   05:58 Diperbarui: 25 September 2020   06:03 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di rumah sakit, orang-orang duduk lesu di ruang tunggu. Waktu terasa berdegup lambat seirama dentang jantung dan aliran darah dalam nadi. Menanti kabar baik bahwa mereka tidak menderita penyakit yang payah. Karena dengan demikian, mereka akan segera dapat kembali pulang dan tidak mesti mengeluarkan biaya besar.

Wajah si sakit, jelas menampakkan kekhawatiran atas deritanya, dan masa depannya, disamping terus menahan rasa sakit yang dirasa sangat tidak nyaman.

Sementara, di sudut ruang tunggu, sebuah kotak ajaib (baca: TV) menawarkan tawa pada tiap detiknya. Menghidangkan semua produk yang jelas tidak mungkin untuk mereka nikmati saat itu. Sangat terasa satir.

Di saat mereka meringis menahan sakit, mereka di dalam kotak ajaib itu, begitu riang dan semangat mempengaruhi untuk bahagia dengan segala benda dan jasa yang ditawarkan.

"Ini negeri dimana tidak ada sakit. Negeri yang selalu akan dan tetap dihiasi dengan tawa dan ceria. Mari wahai engkau yang sakit. Bermimpilah. Bermimpilah untuk bersama kami yang bahagia. Sakit tidak enak bukan?

Di negeri kami, tidak perlu susah. Segala macam sakit dapat diobati dengan sekali minum. Kelelahan bisa disegarkan dengan sebutir kapsul. Kesulitan dapat dipecahkan hanya dengan sekali terapi. Kemiskinan akan segera berlalu dengan persembahan kuis-kuis yang lucu. Dan Anda tidak harus mengantri di sini hanya karena sakit..."

Sesekali mereka tersenyum dengan getir melihat tokoh-tokoh ajaib yang tak pernah menangis. Sesekali mereka terpesona dengan keindahan dan kecantikan mahluk yang dipamerkan, padahal sebenarnya mereka tidak pernah memesan jenis dan bentuknya.

Sesekali mereka heran dengan kemudahan-kemudahan yang tak henti-henti ditawarkan. Sesekali jengah karena ajakan-ajakan berulang yang mengejek keadaan mereka.

Namun lebih sering mereka lupa bahwa mereka tengah berada di rumah sakit, dan baru tersadar ketika seorang perawat keluar dari ruang periksa memanggil namanya. Maka tiba-tiba saja rasa sakitnya begitu sangat menyiksa. Kesadarannya kembali hadir.

Tentu tidak semua orang yang datang ke rumah sakit pasti merasa sakit. Ada keluarga yang ternyata sering tampak lebih cemas dibanding si sakit. Selebihnya mungkin mereka adalah orang-orang yang terpaksa mengantar, atau terpaksa menengok saudara atau sahabat mereka yang sedang benar-benar merasa sakit.

Hanya karena perasaan tidak enak, mereka harus masuk gedung yang benar-benar mereka tidak suka. Atau mungkin orang-orang yang sengaja datang ke rumah sakit atas anjuran para ustad atau konselor, agar menyadari betapa sehat dan gembira mestinya keadaan mereka sekarang, dibanding orang-orang yang tengah terbaring dan mengerang-erang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun