Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penyakit vs Obat dan Kesembuhan

14 September 2020   05:03 Diperbarui: 14 September 2020   05:26 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rosul pernah bersabda, "Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala." Dalam sebuah hadits lain Nabi menyatakan juga bahwa hanya satu penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu penyakit tua.

Dari dua hadits tersebut memberikan kekuatan dan motivasi kesembuhan kepada siapa saja yang meyakini kebenarannya. Rasa optimis untuk terbebaskan dari derita penyakit yang tidak nyaman bahkan menyiksa. Karena seringan apapun sakit itu mesti melahirkan rasa tidak nyaman.

Setelah tiba-tiba teringat akan perkataan Nabi tersebut, saya bertanya-tanya, sebenarnya ada berapa jumlah penyakit di dunia ini? Banyak. Bahkan sangat banyak dan hasil identifikasi oleh manusia tidak menunjukkan sama sekali jumlah penyakit yang sebenarnya. Dari penyakit yang menyerang manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan sampai yang sifatnya trans-manusia dan hewan dan tumbuhan, misal penyakit jamur. Jenis jamurnya pun beragam, pada manusia saja tempat yang ditumbuhi berbeda jenisnya berbeda, ada kalanya di kulit, di tulang, bahkan ada jamur yang bisa tumbuh di otak. Sekarang, otak jamuran, bisa berarti denotatif atau nyata, yaitu di otak manusia tumbuh jamur, maupun bermakna konotatif atau kiasan yang berarti malas berpikir. Otak kelamaan parkir sampai jamuran.

Manusia begitu lemah, sehingga dari sekian jumlah penyakit yang sudah ditemui dan dikenal saja, belum semuanya ditemukan obatnya. Ketika menyaksikan hamparan luas kenyataan tentang begitu banyaknya penyakit, saya sampai pada kesimpulan bahwa manusia sebenarnya tidak pernah mampu menemukan kesemuanya. Namun yang sangat mengherankan adalah rasa jumawa manusia.

Keheranan saya bukannya tanpa alasan. Dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, saya keliling menemui banyak "orang pintar" dalam dunia penyakit dan obat, yang oleh kita justru disebut ahli kesehatan. Antara satu ahli dengan ahli lain memiliki pendapat berbeda tentang satu objek yang sama. Semula saya berpendapat bahwa mungkin perbedaan itu karena spesialisasi yang tidak sama sehingga sudut pandang solusi yang ditawarkan juga tidak seragam. Namun saya merasakan satu nuansa lain, bahwa perbedaan itu bukan saja karena perbedaan pengetahuan dan sudut pandang. Melainkan karena rasa besar dalam dirinya.

"Bagaimana akan sembuh dengan model pengobatan begitu." Ada lagi yang menyatakan, "Mau cepat? Satu-satunya ya dengan operasi!" Untung saja saya masih tetap berusaha percaya kepada Tuhan, bahwa tiada yang berhak sama sekali atas anugerah kesembuhan kecuali Beliau.

Namun kenyataan demikian tidak menyebabkan saya berhenti. Karena dalam salah satu hadits, Nabi juga menyampaikan bahwa "obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya." Maka tugas manusia macam saya, yang tidak tahu tentang ilmu obat-obatan, adalah mencari orang yang tahu tentang hal itu. Saya kira, itulah syarat yang diberikan Tuhan kepada kita untuk dianugerahkan kesembuhan.

Akhirnya, hakekat sakit dan obat itu bisa tampak dengan pandangan mata nyata maupun mata batin. Dalam pandangan nyata mata manusia, sakit itu muncul karena sebab tertentu dan obat itu diformulasikan untuk menghilangkan sebab itu dan mengembalikan kondisi semula menjadi sehat. Di sinilah kewajiban manusia untuk tidak berhenti berusaha menemukan obat. Sedangkan dalam pandangan mata batin, sakit itu adalah "tanda". Tanda bagi manusia, baik penderita maupun manusia lain yang turut menyaksikannya, yaitu untuk menemukan hikmah yang berlimpah ruah. Syarif_Enha@Nitikan, 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun