Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laksamana Ngatmin dari Sragen

18 Agustus 2020   07:22 Diperbarui: 18 Agustus 2020   13:46 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang bilang, menjadi seorang pelayar hidupnya enak. Gajinya besar dan bisa jalan-jalan ke banyak negara. Barangkali benar, tetapi pernahkah terbayangkan, bagaimana rasanya hidup tidak menginjak daratan berhari-hari bahkan berbulan-bulan, apalagi sebagai seorang muslim yang taat? Adalah Ngatmin, seorang pemuda dari Desa Nganti, Gemolong, Kabupaten Sragen, berbagi pengalamannya saat ada di tengah lautan lepas.

 Tertarik Dari Pelajaran Sejarah

Anak terakhir dari enam bersaudara ini, mengaku mulai terobsesi untuk menjadi pelaut ketika di SMP mendapat pelajaran Sena-Sedu kependekan dari pelajaran Sejarah Nasional dan Sejarah Dunia.

Saat diterangkan tentang penemuan benua-benua di dunia, Ngatmin membayangkan bisa mengikuti jejak mereka. Mengarungi samudra dan menemukan tempat-tempat yang belum terbayangkan oleh manusia lainnya.

"Saya membayangkan enaknya di atas kapal dan menemukan daerah-daerah baru yang belum dikenal," ungkapnya kagum pada Columbus yang menemukan benua Amerika.

Sejak saat itulah, Ngatmin bersemangat belajar dan terbukti, dirinya selalu menjadi urutan pertama disetiap hasil ujian. Bahkan sampai SMA dia menjadi lulusan terbaik. 

Siswa yang penyuka matematika ini, sebenarnya sudah di terima dalam UMPTN, namun, tampaknya dia telah jatuh cinta pada kapal dan lautan. Padahal dia mengaku belum pernah sekalipun melihat kapal secara langsung. AKPELNI Sampangan, Semarang menjadi jalannya meretas cita-cita.

 Beragama di Atas Kapal

"Di atas kapal, masalah ibadah beda agama tidak jadi masalah, yang penting profesional." Ungkapnya mengenang beberapa perjalanannya di atas kapal. Menurutnya, di atas kapal, semua adalah saudara, satu keluarga yang harus saling mendukung.

 Sebagai awak kapal, dia harus mengutamakan keselamatan dan kemaslahatan bersama. Karena jika lengah lima menit saja dalam waktu tertentu, bisa berakibat sangat fatal. Oleh karena itu, ketika tengah berjaga, dia sering melakukan shalat dengan dijamak.

Untuk menentukan arah kiblat, di kapal-kapal modern, biasanya sudah ada kompas ka'bah. Semacam kompas yang jarumnya selalu menunjuk ke arah letak ka'bah berada, sehingga mempermudah bagi seorang muslim untuk beribadah. Jikapun tidak ada, bisa diperkirakan dengan lokasi kapal dan arah matahari terbit dan tenggelam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun