Semua pasukan saling pandang. Tak satupun dari mereka yang mengetahui kabar pasukan elit di Asia. Kontak dengan radar yang dipasang dengan teknologi tercanggih mereka sudah tidak bisa. Kesepuluh pasukannya tidak terdeteksi dimanapun di benua Asia. Jenderal curiga kalau mereka lari keluar daerah karena tidak sanggup menyelesaikan tugasnya. Akhirnya, jenderal memutuskan untuk mengutus empat puluh pasukan elit yang lain untuk melacak keberadaan kesepuluh pasukannya yang hilang.
"Kalian semua, sekarang turun, cari mereka sampai dapat. Saya khawatir mereka dalam bahaya. Jika ternyata mereka membangkang, tangkap! Mereka akan dihukum berat!" Tegas Jenderal dengan berapi-api. Dalam kondisi marah, wajah jenderal membuat keder semua pasukan hantu. Terlalu mengerikan.
Untuk memudahkan pencarian, mereka melakukannya secara bergerombol, menyisir dari negara ke negara agar tidak ada tempat yang lepas dari pantauan mereka. Pertama kali mereka memasuki wilayah Timur tengah, namun kerena kepanasan, mereka hanya sekilas, dan menuju ke Cina, ternyata di sana tengah musim salju. Tidak kuat dingin, mereka melanjutkan segera ke Jepang. Sebenarnya Jepang cukup nyaman, tapi mereka diusir oleh para monster luar angkasa yang lebih dahulu menguasai jepang. Dari Jepang mereka ke Singapura, Piliphina, Malaysia dan akhirnya sampai di Indonesia.
"Aneh, kita tidak menemukan mereka di manapun. Mereka pasti ada di negeri ini. Cari sampai dapat!"
Pemimpin pasukan membagi pasukan menjadi dua-dua untuk menyebar ke seluruh wilayah.
Satu minggu telah berlalu. Semua pohon besar, kuburan tua, bukit-bukit wingit, sampai-rumah-rumah bekas sudah mereka telusuri, tapi tak menemukan siapapun. Mereka kelelahan, tidak tahu lagi harus bagaimana nanti melaporkan pada Jenderal.
Malam larut, mereka memutuskan untuk istirahat di sebuah pos ronda yang hanya ada dua orang penjaga yang tertidur pulas. Sebuah TV berwarna 14 inc masih menyala. Sambil meregangkan otot, mereka mencoba iseng-iseng menikmati acara TV manusia.
"Hah, itu mereka!" Teriak pimpinan pasukan mengagetkan seluruh anak buahnya. Empat puluh pasang mata pasukan hantu kemudian tertuju pada arah yang ditunjuk sang pemimpin. Layar TV.
Tampak hantu-hantu bersliweran, bernyanyi, berjoget, berpidato, berdiskusi, melawak dan sebagainya.
"Mereka banyak sekali. rupanya mereka telah beranak-pinak." Gumam sesosok pocong dari belakang.
Muncul satu wajah hantu salah satu anggota pasukan elit dulu. Memakai jas dan dasi yang elegan. Dengan mantap dia bicara.