Pertanyaannya adalah, bagaimana ukuran kemuliaan dan kehormatan dalam agama? Nabi diutus ke alam raya sebagai teladan yang menyempurnakan akhlaq manusia.Â
Artinya nilai kemualiaan mesti diukur dari seberapa baik akhlaq seseorang. Akhlaq dalam konteks perilaku merupakan out put dari seberapa dalam dan matangnya pemahaman seseorang. Akhlaq sendiri memiliki tiga dimensi, akhlaq kepada diri sendiri, akhlaq kepada orang lain atau lingkungan, dan akhlaq kepada Allah.
Pertama, akhlaq kepada diri sendiri. Ada sebuah dalil yang sangat populer, "barang siapa mengenal dan memahami dirinya, maka dia akan mengenal atau memahami Rabb-nya".Â
Dari sini tampak bahwa manusia selalu dituntut untuk tanpa henti belajar memahami dirinya untuk bisa mencapai Allah. Dari sini sebenarnya, akhlaq kepada diri sendiri adalah jalan menuju capaian puncak akhlaq kepada Allah. Karena diri ini adalah jalan menuju Allah.
Kedua, akhlaq kepada orang lain atau lingkungan. Akhlaq, sekali lagi pada dasarnya adalah out put dari tingkat pemahaman manusia tentang kehidupan. Semakin dia memahami makna hidup dia akan menjadi manusia yang berakhlaq baik dan bijaksana.Â
Namun jika dia memiliki pikiran picik pada hidup, maka akhlaq yang keluar dan ditampilkan juga bersifat kasar. Akhlaq kepada manusia lain dan lingkungan adalah puncak akhlaq, ketika Allah sendiri pernah menyampaikan dalam sebuah kalimat yang sangat indah, "layanilah Aku dengan melayani orang-orang lemah". Dengan melayani dan berakhlaq kepada orang lain sebaik mungkin, itu berarti adalah pula kita berakhlaq kepada Allah sekaligus.Â
Nabi juga pernah menyatakan "sebaik-baiknya manusia itu adalah yang paling bermanfaat kepada Manusia lainnya". Dengan demikian maka tampak bahwa rumus akhlaq yang kedua ini adalah, sejauh mana dapat kita orientasikan perilaku kita demi kebaikan banyak orang dan lingkungan, maka semakin tinggi kualitas kemuliaan kita.
Ketiga, akhlaq kepada Allah SWT. Saya mencoba untuk membatasi pada bagian ini akhlaq khusus berupa keintiman seorang manusia dengan Tuhannya. Jika berkomunikasi dengan manusia saja membutuhkan akhlaq sebaik-baiknya, bagaimana pula komunikasi dengan Tuhan?Â
Puncak akhlaq kepada Allah adalah ada pada konsep ihsan, yaitu berhamba kepada Allah dalam penuh kesadaran bahwa Allah selalu ada bersama dirinya, jika tidak mampu sampai demikian, maka harus diyakini secara penuh Allah akan selalu senantiasa Ada dan pasti memperhatikan perilaku kita.Â
Sehingga tidak ada waktu untuk tidak berakhlaq kepada Allah. Jangan sampai kita mengabaikannya, dalam keadaan apapun! Allah juga menyebut bahwa seorang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
Pada akhirnya, kita memiliki tiga koordinat untuk bisa menjadi spot capaian kemuliaan diri. Dalam konteks diri sendiri, orang lain dan lingkungan, serta dalam konteks hubungan manusia dan Tuhannya. Rangkuman ketiga koordinat ini dirangkum dalam ayat terakhir surat Al Kahfi.Â