Tuhan itu ada di belakangmu. Selalu memperhatikan dan mengawasi. Jangan pernah engkau tidak yakin dan mengira Dia lengah tak tahu dengan apa yang kau lakukan. Bahkan desiran paling lembut dalam hatimu Dia begitu mengerti.
Tuhan ada di belakangmu. Jangan kau coba untuk menengok atau membalikkan badanmu untuk melihat dan memastikan adakah Dia benar-benar di sana. Karena yang akan kau lihat hanya kekosongan dan kefanaan, karena sejatinya yang tadi kau sangka belakang, sekarang menjadi ada di hadapanmu. Sedangkan Dia selalu berada di belakangmu.
Tuhan ada di belakangmu. Dia selalu berada pada eksistensi yang jauh dari persepsi atas diri-Nya. Jika kau kira Dia di Utara, maka Dia bisa ada di Selatan. Jika kau sangka dia marah, bisa saja Dia tersenyum-senyum geli. Maka tundukkan mata pada batinmu yang bisa melihat jauh dan luas, sehingga sampai tatapanmu itu pada-Nya.
Tuhan bisa menjadi menjadi Dzat yang menakutkan. Dengan barisan norma dan syariat yang wajib diikuti, dan serangkaian ancaman dan sanksi yang mengerikan, Tuhan menjadi Dzat yang paling kereng. Namun, Tuhan juga bisa menjadi Dzat yang paling lembut dan penuh kasih sayang. Dengan begitu banyak nikmat yang sudah, sedang, dan akan terus dikaruniakan, tidak ada celah bagi kita manusia untuk tidak bersyukur dan berterimakasih.
Begitulah Tuhan. Ia Pencipta, dan Ia Penjaga dan Penjamin keberlangsungan ciptaanNya. Barang siapa menggantungkan hanya kepada Nya, maka ada jaminan ketercukupan.
Teringat saya pada si'ir lama yang sering dikumandangkan sebelum shalat berjamaah:
"Allahu al Kaafi, Robbuna al Kaafi
Qoshodna al kaafi, wajadna al kaafi
Likullin kaafi, kaafana al kaafi
Wani'ma al kaafi, al hamdulillah"
Terjemahan bebasnya mungkin begini: