Saya kemudian bertanya, mengapa orang melakukan kejahatan melalui hoax? Bisa jadi, pelaku penyebaran hoax itu tidak menyadari bahwa dia menjadi bagian dari skenario besar kepentingan tertentu. Bisa jadi, sebagian penyebar itu adalah orang yang berpikir bahwa mereka sedang berjuang. Jadi bukan sedang melakukan kejahatan.
Hoax adalah jalan suci yang harus ditempuh untuk melawan informasi media mainstream. Hal ini semata, mereka merasa bahwa yang diperjuangkan dengan segala kebohongan, adalah sebuah kemenangan yang mulia di mata Tuhan.
Mengapa mereka bisa begitu yakin. Ada sebuah ulasan mengenai pengembangan diri yang bisa menjelaskan ini. Bahwa kita seringkali terjebak pada situasi dan kondisi dimana kita merasa istimewa. Bahwa pengetahuan kita adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain. Bahwa tujuan kita adalah tujuan mulia, yang tidak disadari oleh orang lain. Bahwa kondisi kita adalah sangat khusus dan spesial, sehingga memberikan hak istimewa berupa pembenaran bagi kita melakukan apapun saja yang kita suka. Padahal, semua itu hoax.
Manusia adalah istimewa diantara makhluq Tuhan yang lain. Namun diantara manusia, kita semua sama. Hanya kualitas personal dalam konteks taqwa yang membuat diantara manusia berbeda. dan yang menjadi menarik adalah, bahwa yang memiliki otoritas untuk membedakan dan menilai kualitas taqwa tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan sendiri. Tidak ada yang punya otoritas selain Dia.
Dengan demikian, tidak perlu para manusia saling menilai dan berebut posisi di hadapan manusia agar disangka dan didudukkan dalam posisi mulia. Karena itu penilaian palsu semata. Tidak ada yang tahu persis kedudukan taqwa manusia yang lain. Kecuali Rosulullah SAW, tidak ada manusia istimewa, semua sama. Tidak usah saling klaim, dan tidak usah sok-sokan untuk menilai orang lain. Karena dipastikan bias dan tidak objektif.
Oleh karena itu, hoax perlu diatur dengan hukum. Hukum adalah batasan minimal agar kehidupan antar manusia bersifat tertib, tidak saling tabrak. Jika manusia tidak lagi mengikuti apa yang digariskan hukum, dan lebih memilih garis dibawahnya, maka tunggu saja, kehidupan manusia akan chaos.
Tidak ada lagi yang merasa aman, tidak ada lagi yang merasa harus khawatir menganggu hak orang lain, karena semua garis sudah tidak ada artinya lagi.
Yogyakarta, 26 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H