Ramadhan adalah anugerah istimewa bagi umat Islam. Bulan ini menjadi point yang semua nabi selain Muhammad SAW merasa iri. Karena hanya ummat Nabi Muhammad SAW lah yang dianugerahkan bulan ini.
Bulan ini (Ramadhan) dikenalkan para ulama dan penda'i sebagai bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan. Keberhakan dan rahmatnya sudah langsung bisa kita rasakan baik secara fisik maupun spirit.Â
Coba saja perhatikan, ketika bulan Ramadhan hadir, segala kebaikan tumpah ruah di mana-mana. Itulah makna dasar dari keberkahan, yaitu bertambah lipatnya kebaikan.Â
Orang sedekah, orang berjamaan, orang bertadarus, semuanya ringan dan missal. Ini keberkahan dan rahmat yang luar biasa. Sementara ampunan itu sebagai janji yang disampaikan Allah SWT, sudah selayaknya kita yakini dan pegang sebagai kebenaran yang sudah pasti.
Selain itu, pada bulan ramadhan juga selalu disampaikan akan ada pelipatan nialai setiap kebaikan yang dilakukan. Ibadah sunnah akan ditingkatkan kualifikasinya menjadi wajib. Setiap kebaikan dihargai berlipat balasannya oleh Allah SWT.
Di sisi lain, kita juga selalu didengungkan bahwa bulan Ramadhan ini merupakan bulan dimana Allah SWT membuka lebar pintu kebaikan menuju surga dan menutup rapat pintu keburukan menuju nerakan.Â
Syetan penggoda dibelenggu sedemikian rupa sehingga manusia merdeka menetapkan pilihan sikap hidupnya. Hal ini coba kita perhatikan.Â
Benarlah semua itu, ketika kita menyaksikan pada bulan ini umat islam begitu ringan berangkat berjamaah, begitu semangat melakukan tadarus al qur'an dan seterusnya.Â
Semuanya ringan sebagai bukti Allah SWT membuka potensi kebaikan pada bulan ini sangat luas yang akan mengantarkan kepada surge.Â
Sebaliknya, pada bulan ini orang akan berpikir ulang untuk melakukan keburukan, karena mereka sedang berpuasa dan berada dalam bulan yang istimewa.
 Secara tidak langsung inilah bukti bahwa syetan telah dibelenggu dan jalan potensi keburukan itu telah ditutup. Hanya orang-orang yang nekat dan ingkar akan kehadiran Ramadhan inilah yang berperilaku buruk. Semoga tidak termasuk kita.
Keistimewaan bulan Ramadhan tersebut hanya akan nyata kalau kita sebagai ummah yang berada di dalamnya memanfaatkan bulan ini sebaik-baiknya. Keberadaan bulan yang istimewa, tentu harus diperlukan pula sikap istimewa terhadap Ramadhan.Â
Paling tidak ada tiga persiapan yang bisa dilakukan oleh kita dalam rangka menyambut Ramadhan. Pertama, persiapan batiniyah atau ruhaniyah. Kedua, persiapan lahiriyah, dan ketiga persiapan teknis. Allah menyatakan bahwa siapa gembira akan kedatangan bulan Ramadhan dihramkan atasnya api neraka.
Pertama, persiapan batiniyah atau ruhaniyah. Persiapan ini dilakukan dalam dimensi akal dan hati. Menyambut Ramadhan harus dengan pengetahuan dan pemahaman paling dalam terhadap segala bentuk ibadah yang ada di dalamnya, tentang filosofi dan tujuan dari semua ibadah tersebut. Dengan pemahaman yang bernar dan dalam ini akan melahirkan keyakinan dan kemantapan dalam beribadah.
 Inilah hubungan akal dan hati, akan akan membenarkan dan hati kemudian meyakini. Apa saja rahasia puasa dan segala ibadah Ramadhan, sehingga pasca Ramadhan kelak kita benar-benar akan sampai pada yang diharapkan Allah, yakni menjadi insane yang muttaqin. Jalan praktisnya, jangan lelah untuk belajar dan menambah ilmu tentang Ramadhan dan pernik-pernik ibadahnya, sehingga kita menghadapi Ramadhan dengan jiwa yang mantap.
Kedua, persiapan lahiriyah. Persiapan ini adalah dimensi lahir, dimana segalanya bisa diukur secara kuantitatif, namun masih dalam kerangka dimensi ibadah Ramadhan. Di awal Ramadhan mestinya kita sudah bisa memprediksi, bagaimana kita akan meningkatkan segala kualitas ibadah kita.Â
Dimana kita akan jamaah, berapa ayat yang akan kita tadaruskan. Target sedekah seperti apa yang kita harapkan, berapa rekaat shalat malam kita, kebaikan-kebaikan apa yang kita rencakan selama bulan istimewa ini.
Ketiga, persiapan teknis. Untuk bisa mencapai atau merealisasikan dua target di atas, maka perlu dipersiapkan segi teknisnya. Siapkan tempat ibadah yang bersih dan nyaman. Hamper semua takmir rumah ibadah kerja bakti membersihkan dan menghias rumah ibadah tersebut.Â
Makan buka dan sahur dengan makanan yang bergizi agar terjaga kesehatan. Dengan sehatnya badan, diharapkan akan maksimal dalam melaksanakan kegiatan ibadah Ramdhan.Â
Baju dicuci dan semprot minyak wangi dan lain sebagainya. Namun, jangan sampai persiapan teknis ini menjadi perhatian utama, karena jika kita terjebak dalam persiapan teknis, tanpa mempersiapkan semangat lahiriyah dan batiniyah kita, yang terjadi adalah baju yang indah, rumah ibadah yang nyaman, namun semangat ibadahnya kendor. Akan menjadi omong kosong jadinya.
Terakhir, bulan Ramadhan adalah juga dikenal sebagai bulan Riyadhoh. Bulan untuk latihan. Kawah candradimukanya orang Islam. Diharapkan kelak, Ramadhan akan mampu menjadi cermin bagi perilaku kita pada sebelas bulan setelahnya hingga bertemu kembali dengan Ramadhan berikutnya.Â
Bukan hanya menjadi bulan yang numpang lewat kemudian hilang. Sangat eman-eman. [Syarif_Enha@Nitikan, 19-6-2015]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H