Mohon tunggu...
Syarif Pirus
Syarif Pirus Mohon Tunggu... Insinyur - Profesional Telekomunikasi

Profesional telekomunikasi | Traveller | Pemerhati dunia parenting | Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Cinta dalam Rumah Tangga Terasa Hambar

6 Agustus 2019   11:09 Diperbarui: 6 Agustus 2019   17:39 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"...Lalu apa yang harus saya lakukan, Pak?" Ucap si Ibu penanya di ujung telepon saat mengakhiri curhatnya.

Mmm...saya pun bergumam sebentar. Pertanyaan yang cukup sulit namun si penanya sangat memerlukan jawaban. Dus, Saya bergegas merangkai jawaban seketika.

Ya...Topik live talkshow ini " Ketika cinta dalam Rumah tangga terasa hambar" sengaja diangkat dalam program #KeluargaSAMARA Radio Baiturrahman Banda Aceh melihat fenomena yang senantiasa terjadi dalam rumah tangga dengan usia diatas 5 tahun. Rumah tangga sejatinya merupakan fase kehidupan yang idealnya diurungi dengan penuh kebahagiaan. 

Karena disana atau hubungan interpersonal yang dilandasi ikatan kuat "Mitsaqan Ghaliza" dengan semangat cinta kasih lahirkan bunga-bunga kebahagiaan yang senantiasa tumbuh bermekaran. Seolah-olah diawal pernikahan hampir tak terbersit problematika pelik yang akan dihadapi selama mangarungi biduk rumah tangga.

Namun pemirsa realita berkata lain, bahwa yang namanya berumah tangga tak lepas dari persoalan. Sebagaimana yang dialami si ibu penanya, ia curhat kalau saat ini iya tidak lagi merasakan kehangatan cinta dari suaminya. Hubungan cinta dan perhatian terasa hambar, tak seperti yang pernah dirasakan diawal pernikahan dulu, bahkan hal-hal kecil bisa memantik persoalan.

Perlu dipahami, rumah tangga sebagai sebuah organisasi kecil dalam lingkup sosial akan mangalami siklus kehidupan yang dikenal dengan istilah s-curve. 

Artinya ia akan mengalami proses dari awal menuju puncak dan pada titik tertentu sampai pada titik jenuh, saturasi atau stagnasi dan kemudian jika dibiarkan akan mengalami kondisi menurun atau decline. Siklus yang sama bisa terjadi pada bentuk organisasi manapun ataupun dalam konteks siklus peradaban manusia.

Dalam konteks rumah tangga, adanya rasanya hambar dalam hubungan interpersonal merupakan pertanda bahwa rumah tangga tersebut sudah memasuki fase jenuh dan jika tak diantisipasi bisa mengalami kondisi decline. Kondisi ini pertanda buruk bagi sebuah rumah tangga jika tidak dimenej secara baik.

Kondisi jenuh bahkan decline dalam rumah tangga perlu diantisipasi agar hubungan rumah tangga tetap terasa indah dijalani walaupun berapapun usia rumah tangga kita. 

Pola antisipasi kondisi jenuh bahkan decline ini dapat dilakukan dengan metode "change management" Managemen perubahan, metode yang juga dikenal dalam teori organisasi modern.

Saat akal berumah tangga, tentu pasangan suami- istri akan sengat antusias menikmati kebersamaannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, rasa hambar pun menghampiri. Metode change management akan efektif dilakukan manakala kita mengetahui penyebab cinta dalam rumah tangga menjadi hambar.

Setidaknya ada beberapa penyebab hambarnya cinta dirasa :

Sikap Egois

Hakikat pernikahan sejatinya meleburnya dua insan yang membawa ego masing-masing kemudian secara ikhlas menaklukan egonya itu agar tercipta hubungan kolaboratif, kohesif, serasi, dan harmoni. Umumnya rumah tangga siapapun akan melalukan proses ini. Namun seiring berjalannya waktu, tak disadari ego pribadi kembali muncul kepermukaan karena ada pemantiknya. 

Jika ini dibiarkan berlanjut maka akan terjadi disharmoni dalam rumah tangga, dan hubungan cinta & kasih sayang terasa hambar. Bagaimana cara mengatasinya ? tentu sama seperti diawal pernikahan ketika ketika kita melakukannya. Tidak sulit bukan, hanya sekedar mengulanginya saja.

Kehidupan rumah tangga yang monoton

Aktivitas rutin yang dijalani salama berumah tangga menjadikan kehidupan dalam rumah tangga monoton, tidak dinamis. Ayah kerja pergi pagi dan pulang sore atau malam dalam kondisi capek, istri sibuk dengan aktivitas rumah tangga yang itu-itu saja atau pun jika kerja kantoran, rutinitasnya sama seperti suami, anak pun demikian monoton dengan aktivitas hariannya.

 Ini semua menjadikan kehidupan monoton, hubungan emosional antar person dalam rumah tangga menjadi jenuh termasuk hubungan cinta sebagai ekspresi emosi.

Jika kondisi ini yang dialami maka metode change management yang perlu dilakukan adalah menciptakan dinamika dalam rumah tangga. 

Sediakan waktu bersama"family time" sebagai ice breaking dari siklus yang monoton dalam rumah tangga. Cara ini juga dapat mengatasi problem rumah tangga berupa kurangnya perhatian dari pasangan. Itaupun bisa dengan pendekatan verbal, ucapkan "I love You", tak perlu sering, asalkan momennya tepat, bisa memantik bilur-bilur cinta yang terpendam, Asyik bukan !

Peran Yang belum dijalankan

Seringkali hubungan terasa hambar dipicu oleh kondisi dimana baik suami maupun istri belum melaksanakan perannya secara baik. Rumah tangga itu laksana sebuah orkestra dengan perpaduan harmoni antara peran suami dan istri. selayaknya suami memainkan peran sebagai pemimpin bagi istrinya. 

Suami yang baik memimpin sekaligus melindungi istrinya tanpa mengekang. Sebaliknya, istri yang baik mendukung dan membantu suami dalam rumah tangga. Keduanya memainkan perannya sesuai tuntunan agama.

Bisa jadi setiap rumah tangga akan mengalami kondisi yang berbeda, namun dengan metode change management dalam rumah tangga kita dapat mengantisipasi datangnya fase kejenuhan bahkan decline yang berpotensi terjadinya konflik atau pun keretakan dalam rumah tangga. Itu!

*) Disarikan dari Materi Talkshow Program KeluaraSAMARA Radio Baiturrahman Banda Aceh dengan penulis sebagai narasumbernya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun