Bidadari kecil itu beranjak dari duduknya kemudian berlahan-lahan menuju ke arah jalan kecil depan rumah. Akupun mengikutinya sambil terus melihat gerak-gerik anakku itu yang masih berusia 27 bulan. Terlihat ia mulai memungut kerikil-kerikil kecil lalu melemparnya ke selokan, sesekali ia memetik bunga-bunga kecil lalu melemparnya ke selokan.
Sekelebat terlintas dipikiranku untuk menghentikan aktivitasnya itu karena membuat tangan dan bajunya kotor. Namun segara kuurungkan niatku itu karena ku pikir bidadari kecilku itu sedang berimajinasi dengan aktivitasnya. Sel-sel otak kanannya sedang menari-nari membangun cerita imajinatif.
Aku pun coba menyelami imajinasi Aisyah, anakku itu. Menjadi teman imajinasinya, ikut bermain bersamanya, memungut kerikil-kerikil kecil, mekudian melemparnya ke selokan, sambil sesekali memetik bunga dan kami pun tertawa bersama dalam permainan yang hanya kami berdua yang tau maknanya.
Kiat Membangun Imajinasi Anak
Kisah diatas sengaja saya sajikan sebagai pengantar tulisan ini, untuk sekedar memberikan gambaran  betapa perlunya kita sebagai orang tua menyelami imajinasi anak. Para orang tua perlu memahami dan ikut membangun daya imajinasi anak. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya di masa-masa selanjutnya.
Para pakar mengatakan bahwa anak terlahir dengan 100 milyar sel otak dan setiap sel otak mengirim dan menerima signal elektrik, menciptakan hubungan dengan sel lainnya di saat ia memasuki usia di bawah tiga tahun (batita). koneksi ini membentuk sebuah jaringan yang memungkinkan ia untuk berpikir dan belajar melalui proses pengulangan. Koneksi yang digunakan berulang kali menjadi bersifat permanen, sedangkan yang jarang atau tidak digunakan lagi menjadi hilang.
Oleh karenanya pada perkembangan anak di usia 3 tahun pertama, keterlibatan orang tua untuk beraktivitas bersama anak sangat penting membantu mengasah otaknya. Tak dapat bayangkan berapa banyak sel-sel otak anak yang hilang hanya karena  jarang diasah otaknya dengan mengembangkan imajinasinya.
Kita mungkin sulit mengetahui apa yang dipikirkan anak usia batita  karena kemampuan verbalnya masih sangat terbatas, namun emotional bonding yang sudah terbangun antara orang tua dengan anak memudahkan orang tua menangkap dan memahami imajinasinya kemudian ikut terlibat dalam imajinasi saat bermain bersamanya.
Seringkali orang tua dalam menghadapi imajinasi anak menunjukkan egonya sebagai orang dewasa yang memiliki pengetahuan akan banyak hal. Memberikan aturan-aturan, batasan-batasan, dan norma-norma yang cenderung mengekang ekspresi imajinasi anak, padahal pengetahuan tentang itu semua belum saatnya dipahamkan kepada anak.
Imajinasi sejatinya adalah ruang bebas, tanpa aturan. Adapun pengetahuan adalah seperangkat informasi yang kandungannya sudah tertentu dan terstruktur. Penting mengetahui kapan saatnya mengembangkan imajinasi anak tanpa mengekangnya dan kapan mulai memahamkan pengetahuan tentang aturan-aturan atau norma-norma kehidupan.
Untuk membantu anak dalam membangun imajinasi mereka, ada baiknya kita mengetahui manfaat imajinasi anak terlebih dahulu. Ada beberapa manfaat membangun imajinasi anak :
1. Â Â Â Â Â Â Menjadi anak lebih kreatif
2. Â Â Â Â Â Â Memperkaya pengetahuan anak tentang lingkungannya
3. Â Â Â Â Â Â Melatih kemampuan menganalisa sejak dini.
4. Â Â Â Â Â Â Membangun sikap percaya diri
5. Â Â Â Â Â Â Membuat anak mudah berkomunikasi
6. Â Â Â Â Â Â Membangun sikap mandiri
7. Â Â Â Â Â Â Merangsang bakat anak
Dengan mengetahui manfaat diatas, maka orang tua dapat membangun imajinasi anak dengan kiat-kiat sebagai berikut :
1. Luangkan Waktu bermain bersama anak
Upayakan para orang tua meluangkan waktunya untuk bermain bersama anak. Selain dapat lebih membangun emotional bonding, orang tua dapat terlibat dalam mengarahkan imajinasi sang anak
2. Perbanyak aktivitas outdoor
Aktivitas di luar ruangan (outdoor) dapat membantu perkembangan motorik serta merangsang imajinasi anak melalui berbagai objek yang dilihatnya.
3. Perbanyak komunikasi verbal
Ajaklah anak berbincang-bincang, sekalipun anak masih usia batita, karena ini dapat menambah perbendaharaan kosakata anak. Dengan semakin banyak kosakata, anak semakin lebih mampu mengekspresikan imajinasinya melalui kata-kata.
4. Sediakan properti sederhana sebagai sarana bermain
Properti tidak harus dibeli, bisa gunakan barang-barang bekas seperti kardus, bekas bungkusan pasta gigi, atau bekas kemasan botol shampoo. Biarkan anak mengekspresikan imajinasinya dengan bantuan properti mainannya, atau orang tua membantu menciptakan cerita imajinatif dengan bantuan properti yang ada dan pastikan orang tua ikut bermain bersamanya.
5. Batasi anak menonton televisi, komputer, atau pun gadget
Persatuan dokter anak Amerika menyarankan agar orangtua untuk tidak menggunakan media apapaun untuk anak di bawah 2 tahun, namun demikian banyak orangtua yang membolehkan anaknya menonton televisi, komputer, ataupun gadget walaupun untuk sekedar menonton film kartun.Â
Menonton audio visual seringkali membuat anak fokus pada objek tontonannya sehingga ini dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan otak anak. Kalaupun ini terlanjur dilakukan, upayakan durasinya maksimal 30 menit untuk anak batita. Pastikan juga orang tua ikut menonton bersama anaknya dan berbicara tentang apa yang ia lihat sambil mengamati bagaimana reaksi anak.
Imajinasi anak ibarat softwere yang tertanam dalam diri anak dan senantiasa perlu dikembangkan agar potensi anak semakin baik untuk menghadapi tantangan kehidupan dizamannya. Abainya orang tua dalam membangun imajinasi anak akan berdampak pada lemahnya generasi masa depan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Oleh karenanya jangan sepelekan masalah membangun imajinasi anak sejak dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H