Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Teruntuk Pekerja yang Membaca Ini, Soal Pensiun dan PHK

30 Januari 2025   06:52 Diperbarui: 30 Januari 2025   06:52 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja yang sudah jadi pensiunan (Sumber: Pribadi)

Teruntuk pekerja yang membaca tulisan ini. Tentang pensiun dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Ketahuilah, sepanjang 2024 lalu, jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK sepanjang Januari-Desember 2024, sesuai data Kementerian Ketenagakerjaan, mencapai lebih kurang 80.000 orang (https://www.kompas.id/artikel/sepanjang-januari-desember-2024-jumlah-pekerja-terkena-phk-secara-nasional-tembus-80000-orang). Sekitar 20%-nya terjadi DKI Jakarta. Lalu diikuti Jawa Tengah dan Banten.

Masih teruntuk pekerja yang membaca tulisan ini. Ternyata, 1 dari 2 pensiunan di Indonesia mengandalkan transferan dari anaknya setiap bulan untuk membiayai hidup di hari tua(ADB, 2024). Bahkan salah satu survei menyebut 7 dari 10 pensiunan di Indonesia pada akhirnya mengalami masalah keuangan, yang jadi sebab bergantung kepada anaknya di masa pensiun. Sementara Tingkat penghasilan pensiun (TPP) dari program pensiun yang bersifat wajib sepeti JHT dan JP BPJS hanya berkisar 10% dari gaji terakhir. Sementara rekomendasi ILO menegaskan seseorang dianggap dapat hidup layak di masa pensiun bila memiliki TPP sekitar 40% dari gaji terakhir. Begitulah faktanya di Indonesia.

Jadi, setiap pekerja pasti akan berhenti bekerja. Sebab terbesarnya karena 1) pensiun atau 2) di-PHK. Bedanya, pensiun bisa ditebak waktunya karena sesuai aturan pensiun yang ada di Perusahaan, Sedangkan PHK, pekerja tidak akan penrha tahu kapan akan mengalaminya atau kapan terkena PHK. Tergantung kondisi keuangan dan bisnis perusahaan, dan pemilihan orang-orangnya bisa jadi sangat subjektif. Artinya apa? Terntu, setiap pekerja harus mulai antisipasi kondisi mau seperti apa saat pensiun atau bila terkena PHK?

Ada baiknya pekerja berpikir ulang atau mulai introspeksi diri. Akan pentingnya dana pensiun, sebagai cara menabung untuk hari tua atau masa pensiun. Mulai berani merencanakan pensiunnya sendiri melalui dana pensiun. Agar bisa lebih siap, bila suatu saat, harus pensiun atau di-PHK. Lebih siap secara finansial, sehingga tidak bergantung kepada anak-anaknya atau malah tercekik pinjol.

Pekerja di mana pun haru mulai menyadarai. Untuk mengerem gaya hidup, mengendalikan perilaku konsumtif. Jangan lagi mebgejar sebatas yang diinginkan. Jangan lagi teriak bahwa gajinya kurang sehingga tidak bisa menabung untuk hari tua. Jangan terlenan hanya dengan gaya hidup di masa bekerja tanpa tahu akan seperti apa di masa pensiun atau saat terkena PHK? Ingat, tidak ada yang akan menolong kita selain diri kita sendiri. Karena di saat kita lemah, orang lain hanya bilang kasihan. Di saat kita keshilangan pekerjaan, orang lain hanya bilang sabar. Dan di saat kita mengeluh pun, orang lain tidak akan mengulurkan tangannya. Apalagi orang-orang yang arogan dan subjektif, dia tidak akan pernah peduli terhadap diri kita.

Ketahuilah sahabat, dunia terlalu keras jika dihadapi dengan pensiun gimana nanti. Urusan uang terlalu mengerikan jika hanya mengandalkan yang ada tanpa punya tabungan sesuai peruntukkannya. Entah untuk pensiun, untuk pendidikan anak, untuk Kesehatan dan sebagainya. Maka ayo bangkit, ayo mulai mempersipakan masa pensiun sejak dini. Karena mahkota seoarang pekerja bukan terletak pada saat masih bekerja. Tapi saat sudah berhenti bekerja, di masa pensiun atau saat setelah di-PHK. Seperti apa kehidupannya?

Bersiaplah untuk berhenti bekerja, Entah atas sebaba pensiun atau di-PHK. Jangan jatuhkan harga diri akibat merosotnya level ekonomi di saat pensiun atau di-PHK.  Jangan mau dijadikan bahan omongan orang lain setelah pensiun atau di-PHK. Maka kuatkanlah pijakan keuangan di atas kemampuan diri sendiri. Janan terlena gaya hidup dan mulailah untuk memiliki dana pensiun Sebab dana pensiun, pasti memberikan kita 1)  tersedianya dana untuk masa depan, 2) adanya hasil investasi yang lumayan, 3) adaya insentif pajak saat dibayarkan, dan 4) memastikan kemandirian saat berhenti bekerja, tidak tergantung kepada anak atau orang lain.

Ketahuilah, pensiun dan PHK tidak ada urusan dengan ganteng atau cantik. Bahkan tidak terkait dengan pangkat dan jabatan. Bila waktunya tiba, ya harus pensjun atau ya terkena PHK. Jangan terlalu cinta pada pekerjaan, karena pada akhirnya siapapun pasti akan pensiun atau di-PHK. Justru yang lebih penting adalah mempersipakan masa-masa setelah tidak bekerja lagi. Di situlah, dana pensiun dibutuhkan.

Seperti kawan saya yang terkena PHK, dunia kerja itu keras dan ekstrem. Tanpa pandang bulu, tanpa peduli apa profesi kita, dan tanpa peduli asal usul kita dari mana. Ternyata, memang penting mempersiapkan tabungan untuk hari tua alias dana pensiun. Agar tidak menyesal di saat sudah berhenti bekerja. Jadi, sudah saatnya untuk persiapkan masa pensiun sejak dini.

Karena di hari tua nanti, dunia tidak lagi peduli kita merengek atau tertawa. Karena dunia akan selalu menuntut kita untuk selalu berdaya dan kuat. Sebab sedikit saja kita lengah soal pensiun atau PHK, maka hancurlah semuanya. Ayo tatap hari tua dengan optimis, jangan lagi menoleh ke belakang. Dan ingat, jadikan esok dunia yang mengejar kita, bukan kita yang mengejar dunia lagi. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun