Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kapan Disebut Ahli, Kapan Disebut Praktisi?

15 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 15 Januari 2025   04:30 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

6) mampu mengakui kesalahan dan mengambil tindakan korektif, 7) memiliki integritas tinggi, 8) mampu bekerja sama dalam tim, 9) punya dampak dan sesuai ekspektasi, 10) bersikap objektif, dan 11) mampu berkembang. Bila ciri-ciri tersebut tidak ada maka tingkat profesionalnya semakin rendah. 

Terlepas dari istilah-istilah di atas, seseorang dapat disebut ahli bila memiliki pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill), dan sikap (attitude) yang mumpuni. Keahlian harusnya dapat diukur melalui keahlian teknik (technical skill), keahlian kemanusiaan (human skill), dan keahlian konsep (conceptual skill). 

Dan tidak kalah penting adalah kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan tertentu. Karena kompeten, seseorang dapat memutuskan atau menentukan sesuatu. Kompetensi merupakan komponen penting yang harus dimiliki seseorang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Di bidang apapun, kompetensi bisa menjadi acuan dan dapat diukur melalui: pengetahuan, keterampilan, sikap kerja, perilaku kunci, dan kinerja. Hingga berujung pada sebutan "kompeten". 

Nah, patut dicermati. Di industri apapun, bidang pekerjaan apapun. Siapapun dapat mengukur seseorang berada pada level kompeten atau tidak kompeten? Tentu, ukurannya harus objektif, valid, dan reliabel. Salam literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun