Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jauhi Kepemimpinan yang Arogan di Organisasi

18 Desember 2024   05:54 Diperbarui: 18 Desember 2024   05:54 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arogansi mematikan organisasi (Sumber: Bisik.com)

Hari gini, ternyata masih ada organisasi yang dipimpin orang arogan? Ya, arogan itu sikap sombong, congkak alias angkuh. Sikap superioritas terhadap orang lain, sangat subjektif dan membenarkan pikirannya sendiri padahal tidak sepenuhnya benar. Seolah-olah, jabatan atau kekuasaan adalah segalanya. Maka jauhi, kepemimpinan yang arogan di organisasi apapun.

Sejatinya, sikap arogan melekat pada orang-orang yang insecure, merasa harga dirinya rendah. Mungkin karena pergaulannya tidak luas, tidak pernah berorganisasi sehingga wawasannya sempit. Pemimpin yang arogan itu seringkali merasa kurang yakin dan tidak aman terhadap dirinya sendiri. Kesannya, berpura-pura lebih unggul dari orang lain. Begitulah cara orang arogan menyembunyikan rasa tidak percaya dirinya sendiri. Makanya, pemimpin arogan selalu berjuang kesar mencari pengakuan dari luar, seperti status atau pujian. Merasa perlu untuk menonjolkan diri dan merendahkan orang lain agar merasa lebih berharga dan dihargai. Tapi di ablik itu semua, orang arogan tidak akan bisa mengisi kekosongan perasaan dan pikirannya sendiri dalam jangka panjang.

Di dekat kita, di organisasi kita, ada terselip manusia arogan. Saat baru memimpin, seolah-olah kepemimpinan sebelumnya salah. Padahal aslinya, sejak dia mempimpin, pun tidak ada hal-hal signifikan yang dilakukannya. Omongnya besar, sikapnya sombong, dan pikirannya subjektif. Maka di situlah, pentingnya organisasi memiliki mekanisme komunikasi dan pengambilan Keputusan yang kolektif. Bukan bertumpu pada si pemimpin yang arogan.

 

Zaman begini, mau tidak mau, pemimpin yang arogan harus dihindari. Karena sikap arogan membuatnya tidak sadar akan kelemahan diri sendiri. Pemimpin yang hanya mampu membesar-besarkan hal-hal yang dianggapnya bagus tentang dirinya (padahal tidak) dan yang paling fatal tidak menghargai pendapat atau kontribusi orang lain. Akibatnya, pemimpin yang arogan seringkali bersikap angkuh atau merendahkan orang lain. Bersikap merasa lebih tinggi dari orang lain tanpa alasan yang jelas. Orang yang tidak memahami kepemimpinannya sendiri, tidak menghargai keberagaman dan kontribusi orang lain, bahkan kepemimpinannya rapuh. Organisasi dibikin seperti maunya, semau pikirannya.

Kepemimpinan yang arogan, di mana pun, jelas berbahaya. Disadari atau tidak, orang arogan yang memimpin organisasi maka akan punya "agenda tersembunyi" yang bisa merusak klutur organisasi. Karena kepemimpinan yang arogan membuat organisasi berada dalam kondisi seperti ini:

1.     Hilangnya keterbukaan. Sikap arogan cenderung menjadikan organisasi kurang terbuka terhadap sudut pandang dan saran dari orang lain. Samapi-sampai bikin surat pun dilakukan hanya dengan pikirannya sendiri, bukan melalu mekanisme organisasi yang sewajarnya. Hilangnya keterbukaan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi organisasi secara keseluruhan.

2.     Menciptakan atmosfer yang tidak nyaman. Sikap arogan membuat banyak orang di organisasi itu tidak nyaman dan cenderung takut untuk berbicara. Seolah si arogan benar semua, dan orang lain salah semua. Sehingga terciptalah atmosfer yang tidak nyaman, komunitas jadi terbatas dan dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap performa dan motivasi di dalam organisasi.

3.     Tidak menyadari kelemahannya. Sikap arogan seorang pemimpin pada akhrnya cenderung mengabaikan kelemahannya sendiri atau organisasi yang dipimpinnya. Tidak mau menerima saran dan masukan.  Akhirnya sangat rugi organisasi yang dipimpin dengan arogansi. Visi-misi organisasi tidak tercapai, dan orang-orang di dalam organsiasi berubah jadi apatis.

4.     Mengurangi kolaborasi dalam tim, Sikap arogan tidak lagi menghargai kolaborasi. Semua dijalankan atas pikirannya dan dipercayakanan kepada orang-orang dalam lingkarannya. Jadi lupa, tanpa kolaborasi tidak akan ada kinerja yang baik.

5.     Memperburuk hubungan dengan orang lain. Sikap arogan terbukti cenderung mengambil keputusan dengan subjektif, memimpin dengan memaksa.Akhirnya, lingkungan organisasi jadi negatif dan tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun