Kasus-kasus siswa yang mengenaskan sudah terjadi. Siswa yang "terjun" di sekolah, pemukulan dan penganiyaan siswa, bahkan kemarahan guru yang berlebihan adalah bukti guru terlalu enak dengan dirinya sendiri. Sehingga tidak peduli lagi kepada siswanya. Tidak dekat dengan siswa, tidak tahu apa yang dialami siswa. Karena guru, terlalu egois dan arogan. Sayangnya hari ini, bisa jadi, banyak guru tidak menyadari sikap egois dan arogansinya sendiri. Harus diakui, hari ini guru yang tidak lagi mau bekerja ekstra untuk mendidik siswa-siswanya. Guru yang terlalu mendominasi ruang kelas sehingga siswa tidak berani untuk berkata sejujurnya. Guru-guru yang selalu defensif, terlalu cuek dengan keadaan siswanya. Akibat guru terlalu egois dan arogan.
Persoalan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, tentu tidak bisa pula dijawab dengan cara mengubah kurikulum. Apalagi hanya mengganti menteri atau dirjen. Sejatinya, kualitas pendidikan hanya bisa dijawab oleh peningkatan kualitas guru. Menjadikan guru yang profesional, guru yang kompeten. Agar kualitas pendidikan tidak "jauh panggang dari api". Ketahuilah, guru sulit berubah bila kompetensinya rendah. Bila kualitas guru lemah, maka mutu pendidikan pun kian terperangah. Maka resep pendidikan, semestinya tingkatkan terus kompetensi guru. Itulah titik penting mutu pendidikan Indonesia. Agar tidak terjadi distopia pendidikan di Indonesia. Selamat Hari Guru!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H