Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Jangan Pernah Mencintai Buku

6 Oktober 2024   06:45 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:28 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ada benarnya, jangan pernah mencintai buku. Karena buku, seseorang mampu berpikir lebih realistis. Berkata-kata lebih rapi. Bermimpi jadi lebih hebat. Dan buku pula yang membuat perjuangan jadi lebih keras. Maka jangan pernah mencintai buku.

Pada buku, siapapun harus hati-hati. Karena teks dan kata-kata dalam buku memiliki kekuatan untuk mengubah kita. Seperti Warren Buffett, karena kebiasaan membaca buku yang rakus, ia menjadi pemilik Berkshire Hathaway yang punya 400.000 karyawan dan memiliki puluhan perusahaan, seperti Coca Cola, Apple, American Express. Saking "gila baca", ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca, termasuk membaca laporan tahunan, surat kabar bisnis, dan buku-buku tentang investasi dan manajemen bisnis.

Sekali lagi, jangan pernah mencintai buku. Sebab dosa terbesar terbesar pemilik buku adalah tidak membacanya. Kejahatan paling kejam di dunia itu, selain durhaka pada orang tua adalah berteman dengan buku tanpa mau membacanya.

Buku itu bahaya. Karena buku, manusia diingatkan untuk jangan percaya pada satu cara. Jangan terlalu banyak berharap pada siapapun, jangan mencintai terlalu banyak. Dan jangan bergantung pada siapapun terlalu banyak. Sebab terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula.

Jangan pernah mencintai seorang pembaca buku. Bila tidak ingin gelisah dengan segala pertanyaan tentang buku-buku yang dibacanya. Tentang apa, seperti apa dan mau bagaimana? Buku-buku selalu menjadi sumber inspirasinya. Maka saya, lebih memilih jadi orang sederhana di kampung kecil di kaki Gunung Salak Bogor asal ada rak-rak buku. Daripada jadi raja yang tidak punya hasrat untuk membaca.

Buku-buku itu bahaya. Selalu mengajak pembacanya terbang bebas dengan imaji dan inspirasinya. Seorang pembaca tidak akan peduli apapun, saat harus menggauli dan menyetubuhi teks-teks di dalam buku. Seorang pembaca buku tidak akan pernah mampu menolak datangnya birahi jika ingin mencumbui aksara. Selalu sangat bergairah, bahkan sampai mendesah dan basah bersama buku-buku yang berkisah.

Sekali lagi, jangan pernah mencintai buku. Bila kita tidak siap, tidak punya gairah. Apalagi bila cemburumu seperti buta huruf. Jangan, jangan, dan jangan mencintai buku. Karena tidak ada teman yang setia seperti buku.

Buku itu berbahaya. Karena buku yang dibaca adalah penyulut api, bukan pengisi bejana. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen 

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun