Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buat Apa Baca Buku? Terus Buat Apa Hidup?

24 September 2024   06:32 Diperbarui: 24 September 2024   07:58 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu kali, ada yang bertanya. Buat apa baca buku? Toh, masa depan tiap orang tidak ada yang tahu. Rajin baca buku kan belum tentu sukses. Rajin baca buku juga tidak menjanjikan kaya. Jadi, buat apa baca buku?

Mungkin pertanyaan itu sama dengan buat apa masak di rumah? Kan sekarang juga sudah banyak tempat makan atau resto. Daripada masak juga belum tentu enak, ya mendingan beli saja. Jadi buat apa masak?

Sama buat apa kuliah, kalau ujung-ujungnya menikah. Sekolah tinggi-tinggi tidak bekerja, akhirnya malah mengurus anak atau bebenah di rumah. Jadi, buat apa sekolah bila akhirnya ke dapur juga. Bila pertanyaan semacam itu "ditaruh" di kepala siapapun, maka selesai semuanya. Tidak ada lagi yang  bisa dibahas. Sama dengan pertanyaan, buat apa hidup kalau akhirnya mati juga? Ada yang bisa bantu jawab?

Buat apa baca buku? Sama dengan pertanyaan buat apa kuliah atau sekolah? Baca buku bukan buat pintar, bukan pula biar sukses atau kaya. Baca buku itu untuk bersiap-siap, biar tahu caranya biar terlatih cara berpikirnya. 

Kita tidak pernah tahu masa depan itu seperti apa? Tapi kita bersiap diri untuk menghadapi masa depan yang seperti apa. Kita paham ujungnya menikah. Tapi kita harus bersiap untuk menikah dengan siapa dan bagaimana? Bisa jadi ujungnya ke dapur lagi. Tapi kita tahu caranya memasak, tahu caranya berbenah di rumah. Tahu cara mendidik anak, tahu caranya bekerja. Nah, semua itu bisa dilatih dan dicari caranya lewat membaca buku. 

Membaca buku itu biar realistis. Tahu diri dan bisa antisipasi segala kemungkinan. Bila sukses harus gimana? Bila pintar harus gimana? Dan bila kaya pun harus gimana? Untuk apa kaya kalau tidak pernah bantu orang lain. Buat apa pula sukses bila tidak bisa dipakai untuk membantu orang lain.

Taman bacaan itu tempatnya membaca buku. Tempat belajar formal itu di kampus atau di sekolah. Memasak ya tempatnya di dapur. Lah, kalau tidak baca buku bisa saja bacanya di jalanan yang bising. Belajar di warung kopi. Atau masak di ruang tamu.

 

Jadi buat apa baca buku? Baca buku memang tidak menjamin kita sukses, tidak menjamin kita kaya. Tapi membaca buku itu menjadikan kita sebagai pribadi yang siap, bisa lebih antisipasi terhadap masa depan. Berpikir lebih objektif, lebih realistis menghadapi masalah, mau cari solusi atau menemukan hal-hal baru. Lah kalau tidak baca buku, darimana sikap realistisnya. Kapan cari solusi dari suatu masalah? Tiap hari mengeluh, tiap hari pesimis, bahkan tiap hari cuma ngurusin hidup orang lain. Sudah pasti, itu kurang atau tidak pernah membaca buku.

Baca buku itu bukan cuma biar bertambah pengetahuan. Tapi mampu menyederhanakan masalah agar bisa cari solusinya. Bukan malah meratapi masalah tanpa dicari jalan keluarnya. Baca buku itu biar sehat, biar terbiasa mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat. Nongkrong di kafe-kafe rajin, ngobrol seharian bisa. Kenapa tidak mau untuk membaca buku? Coba tanya diri sendiri dan cari jawabannya. Lebih manfaat yang mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun