Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Untuk Anak-anakku, Kalian Tidak Kecil Lagi

6 September 2024   18:47 Diperbarui: 6 September 2024   19:38 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anakku, kini kalian tidak kecil lagi. Kalian sudah pada besar, sudah dewasa dan kian mandiri. Sejak kecil di rumah, kalian dididik dan dibesarkan semampu yang Abi dan Ibu bisa. Selalu diurus dan diasuh dari hari ke hari. Seakan tanpa terasa, akhirnya kini kalian sudah pada dewasa. Maka untuk semua perjalanan kita, Abi dan ibu ucapkan terima kasih. Alhamdulillah ya Allah, kalian mampu menjaga nama baik keluarga.

Sekadar mengigat kembali kenangan kita. Saat kalian kecil dulu, bila Abi dan Ibu mendidik dan membesarkan kalian dengan cara-cara yang mungkin dianggap kurang berkenan. Semata-mata itu karena rasa kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Semuanya berangkat dari tanggung jawab dan ketulusan hati orang tua. Tidak ada yang lainnya.

Di luar sana, zaman terus berubah. Peradaban kian menantang. Apapun alasannya, kita harus siap menghadapinya. Harus siap antisiapsinya, bukan malah terbuai dan terbawa arus negatifnya.

Bisa jadi dulu, Abi dan Ibu mendidik kalian dirasa keras atau longgar. Mungkin dulu, sehari-hari dikontrol ketat untuk belajar dan sholat. Harus patuh kepada orang tua, dan diajarkan bagaiman bergaul dengan orang lain bahkan anak-anak yatim. Semuanya Abi dan Ibu lakukan karena memang menjalani hidup ini tidak mudah. Hidup sangat butuh perjuangan sekaligus pengorbanan. Selalu ada tangis dan tawa, selalu ada air mata dan keringat saat berproses dalam hidup.  

Hidup bukan hanya diberikan Allah SWT. Tapi harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Karena semua dan apapun, pasti akan dipertangungg-jawabkan kepada-Nya. Karenanya, semua yang terjadi di rumah adalah bagian dari pendidikan. Agar kalian tahun cara berjuang dalam hidup ini. Agar kalian tahu, ap aitu kecewa, sedih, tawa dan bahkan bahagia. Hingga akhirnya, semua itu menjadi pelajaran berharga. Dan membentuk mental kalian sekuat sekarang, melandasi sikap kalian seperti yang ada saat ini.

Dan kini, perjuangan dan pengorbanan berat sudah dilewati. Pendidikan sudah kalian raih, akhlak sudah kalian miliki. Bahkan hidup sudah menjadi jalan untuk kalian semua ke depannya. Maka ingatlah selalu, arti perjuangan dan pengorbanan yang pernah kita jalani di masa lalu. Tersulah perbaiki niat, baguskan ikhtiar dan berdoalah kepada-Nya. Tetap sabar dan bersyukur dalam kondisi apapun. Selebihnya, biarkan Allah SWT yang bekerja untuk kita.

Sudah pasti, tiap manusia tidak ada yang sempurna. Jangankan berbuat salah, dosa pun pasti melekat pada setiap diri. Begitu orang tua, pasti punya kekurangan dan kesalahan. Tapi hampir semua orang tua, pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Maka syukuri dan syukuri semuanya, syukuri yang ada. Itu modal penting untuk menuju kehidupan yang lebih baik di depan.

Tentu Nak, menjadi orang tua bukan hanya soal menafkahi dan mendidik sesuai kemampuannya. Tapi juga menanamkan nilai-nilai dan sikap dalam kehidupan. Karena ijazah itu hanya buktibahwa kita pernah sekolah, penah mengenyam pendidikan. Tapi yang penting adalah sikap dalam hidup. Untuk saling menghormati dan menghargai, bahkan  berpuihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Itulah bekal hidup yang paling berharga.

Ingat Nak, orang tua tidak selamanya bisa mendampingi kalian. Tidak selamanya pula tangan orang tua bisa memeluk dan membantu kalian. Karena semua ada waktunya, siapa pun ada masa hidupnya. Namun yang terpenting dari semua itu, tetaplah memiliki hati dan akal pikiran yang sehat. Bersikap objektif dan jernih. Selalu dekat dengan-Nya dan berbuat baiklah di mana pun berada.

Jangan pernah merasa tinggi hati karena kaki kalian masih menjejak bumi. Jangan pernah membenci, apalagi kpada orang yang berjasa kepada kita. Jangan pula mengambil hak orang lain tanpa seizinnya. Itu penting, agar hidup kita berkah. Di luar sana, banyak orang rezekinya melimpah tapi tidak berkah. Maka esok, jadilah orang lemah dalam balas dendam. Jadilah orang kuat yang memaafkan. Dan jadilah orang cerdas yang mengabaikan. Berpikir dan bertindaklah yang objketif dan proporsional saja. Selebihnya lebih baik diam daripada bertindak salah kaprah.

Ingatlah nasihat Ali bin Abi Thalib: "Tidak perlu menjelaskan tentang diri kita kepada siapa pun. Karena yang menyukai kita tidak butuh itu. Dan yang membenci kita pun tidak akan percaya itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun