Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasihat Pegiat Literasi, Inilah 5 Sebab Hidup Tidak Tentram

29 Mei 2024   07:54 Diperbarui: 29 Mei 2024   08:02 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Semua orang pengen hidup tentram, hidup tenang. Tapi tidak semua bertindak untuk menentramkan, tidak semua berperilaku menenangkan. Tapi saya ditanya, apa mau hidup tentram? Jawabnya, mau banget. Gimana bisa hidup tentram dan tenang, bila pikiran dipenuhi prasangka buruk.

Sebenarnya, hidup itu simpel. Tapi kita yang sering bikin rumit. Pengen ini, pengen itu. Benci sama, benci sini. Omongan gede, tindakan kecil. Terlalu banyak mimpi tapi lupa realitas. Banyak meminta tapi lupa bersyukur. Wajar akhirnya hidup tidak tentram, tidak tenang. Pikirannya negatif, hatinya gelisah. Perasaan pun tidak pernah tentram.

Zaman begini, banyak orang berusaha untuk tampil "wah" hanya demi gengsi. Biar dibilang keren. Secara finansial tidak mampu tapi gayanya seperti orang mampu. Bertindak tapi merugikan diri sendiri. Lagi-lagi, akhirnya hidup tidak tentram. Lupa, hidilup tentram itu hidup yang sederhana. Tidak banyak tingkah dan lebih banyak bersyukur setiap hari. 

Banyak harta itu tidak jaminan bisa tentram. Apalagi banyak gaya, justru banyak tekanan. Lebih baik banyak sabar dan bersyukur, apapun keadaannya. Berpikir positif dan hati selalu merasa cukup. Bahwa semua yang ada dan dimiliki, memang sudah pantas untuk kita. 

Maka mulailah untuk hidup lebih tentram. Lebih tenang dan damai. Selalu menerima realitas sambil tetap ikhtiar yang terbaik. Dari pengalaman saya, berkiprah lebih dari 7 tahun di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ternyata, inilah 5 (lima) hal yang bikin hidup tentram, tenang dan berkualitas:

1. Jangan Khawatir. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan dalam hidup. Lakukan saja apa yang bisa dilakukan. Niatkan yang baik, nikmati prosesnya. Soal hasil, biarkan Allah yang tentukan. Serahkan semua urusan kita kepada Allah, karena Dia maha penguasa lagi maha besar.

2. Jangan Benci. Hindari rasa benci pada siapapun, soal apapun. Karena hati yang benci pasti sempit dan gelisah. Bila tidak bisa mencintai ya jangan membenci. Lapangan hati, ikhlaskan semuanya. "Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama". Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

3. Banyaklah Memberi. Banyak-banyaklah memberi, baik materi maupun nonmateri. Selalu berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Perbanyaklah beramal Soleh, cari tempat untuk beramal dan jauh pergaulan yang lebih banyak mudaratnya. 

4. Jangan Berharap pada Manusia. Tidak usah banyak berharap pada manusia. Kita semua sama saja, hanya mahkluk yang lemah. Berharap pada manusia gampang patah hati, sering tidak sesuai harapan. Cukup berharap hanya kepada Allah semata.

5. Hidup Sederhana. Hidup sederhana pasti bikin tenang, tidak hanyut dengan gaya hidup apalagi hedonisme. Tetap sabar dan selalu bersyukur dalam segala keadaan. Hanya hidup sederhana yang membuat hati tenang dan hidup tentram. Tidak ada gangguang utang, tidak punya urusan dengan orang lain. Hidup sederhana itulah yang selalu bikin hati merasa cukup atas apapun yang dikaruniakan Allah.

Hidup sederhana itu bukan berarti miskin. Tapi sayangnya sekarang, banyak orang sederhana yang miskin tapi hidupnya tidak sederhana. Akhirnya tidak tenang, tidak tentram. Terlalu banyak obsesi, tanpa esensi. Banyak orang lupa, sederhana itu ujungnya adalah hidup lebih baik.

Maka tentram, ada di prasangka baik. Tentang pikiran dan perbuatan yang selalu baik. Insya Allah, tentram pun selalu dekat dengan kita. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KopiLentera

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun