Ada yang tanya, apa sih artinya makan hati? Yah, makan hati itu bisa ada dua makna. Satu, merasa menderita atau sedih akibat perbuatan orang lain. Kedua, merasa sudah atau dongkol sebab orang lain. Makan hati itu peribahasa, sebagai ungkapan yang menggambarkan perasaan tidak senang, dongkol, atau kesal yang mengganggu mental atau emps seseorang karena orang lain.
Nah yang paling penting dipahami, siapapun yang "makan hati" karena si yang menderita tidak pernah membalas semua perbuatan buruk orang lain kepadanya. Dia dibikin sakit hati oleh orang lain tapi tidak membalasnya. Dia diperlakukan jahat oleh orang lain tapi tidak mau membalas. Perlakuan itu bisa terjadi dari teman, rekan kerja, saudara atau tetangga di lingkungan kita. Jadi di balik makan hati, ada esensi kesabaran dan mau menahan diri untuk tidak terbawa emosi. Paham?
Jadi, orang yang makan hati lebih banyak sabarnya. Kalau emosinya dilampiaskan atau mengajak berantem yang menyakitinya itu bukan makan hati tapi duel. Makan hati memang tidak baik tapi bila dilandasi sabar jadi baik. Makan hati yang tidak atas sabar maka jadi penyakit.Â
Makan hati sering terjadi. Karena memang sifat manusia bisa gampang lupa atau pura-pura atas kebaikan orang lain. Ngakunya teman tapi di belakang ngomongin kita. Ngakunya saudara tapi bertindak jahat pada kita. Ngakunya orang baik tapi omongan dan sifatnya buruk. Maka lebih baik jangan lagi bergaul dengan orang-orang yang suka bikin makan hati.
Bila ada orang yang "membalas air susu dengan air tuba" itu termasuk orang yang bikin makan hati. Tapi biarkan saja, karena apapun yang kita perbuat kepada orang lain pasti akan kembali ke kita sendiri. Segala sesuatu, baik atau buruk, pasti ada ganjarannya. Balasannya bukan sekadar setara malah berlipat ganda. Hukumnya sederhana, "Jika kamu berbuat baik (berarti) engkau berbuat baik bagi dirimu sendiri (QS. al-Isra: 7).
Tiap perbuatan pasti ada balasannya. Siapapun yang bikin "makan hati" orang lain pun akan dibalas pada akhirnya. Maka tetaplah berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain. Tidak usah iri, benci apalagi marah pada orang lain. Toh, mereka tidak kasih makan kita, tidak pula sekolahkan kita kan?. "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula" (QS. ar-Rahman: 60).
Nah, gimana kita bisa terhindar dari "makan hati"? Sebenarnya gampang. Tidak usah mengingat-ingat kebaikan kita kepada orang lain. Dan tidak peduli pada apa yang diperbuat orang lain kepada kita, apalagi omongan buruknya. Belajar cuek kepada orang lain. Hidup elo urusan elo, hidup gue urusan gue, kira-kira begitu. Biar tidak makan hati, ya latih diri kita untuk lebih sabar dan ikhlas dalam bertindak. Jangan terbawa emosi apalagi perasaan kecewa atau kesal. Rileks saja, sambil tetap berpikir positif.Â
Ketahuilah, tidak ada gelap yang tidak berakhir terang. Tidak ada malam yang tidak diikuti pagi. Semua pasti akan berlalu pada waktunya. Jangan terlalu berharap pada manusia. Tapi berharaplah hanya kepada Allah semata. Karena hanya Allah yang maha sempurna, maha kuasa atas segalanya.
Maka esok, jangan ada lagi makan hati. Jalani realitas yang ada, hindari bergaul dengan orang-orang "toxic" yang suka bikin makan hati. Intropeksi diri saja, jangan-jangan selama ini kita terlalu menaruh harap pada orang lain. Akhirnya, makan hati. Salam Literasi #KopiLentera #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H