Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Setangguh Nabi Ayub, Tentang Apa?

4 Mei 2024   06:23 Diperbarui: 4 Mei 2024   06:50 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang masih ingat kisah Nabi Ayub? Mari kita Simak kembali. Nabi Ayub AS diberi banyak nikmat oleh Allah SWT. Bukan hanya punya wajah yang rupawan, Nabi Ayub memiliki harta yang berlimpah, anak yang banyak, dan istri yang setia. Sehari-harinya beliau tidak pernah lupa untuk bersyukur. Bahkan senantiasa mengeluarkan hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan. Sungguh luar biasa Nabi Ayub.

Hingga suatu waktu, Allah SWT timpakan ujian yang luar biasa ke Nabi Ayub. Ujian yang tidak cuma satu tapi silih berganti. Semua yang dimiliki Nabi Ayub, mulai diambil kembali oleh Allah SWT. Hartanya habis, anak-anaknya wafat, hingga beliau pun diuji sakit kusta pada seluruh tubuhnya yang berkepanjangan. Mungki jadi ujian paling dahsyat yang pernah terjadi di kalangan manusia.

Belajar dari ujian Nabi Ayub. Jelas sudah, bahwa "nikmat dunia hanya titipan, yang bisa diambil pemiliknya suatu waktu nanti". Apapun yang ada di dunia sifatnya sementara, semuanya titipan dan tidak akan abadi.

Suatu kali, istri Nabi Ayub pun berkata "Wahai Ayub, seandainya engkau mau meminta kepada Allah, tentu Ia akan memberimu jalan". Nabi Ayub justru menjawab dengan "Aku telah diberi kesehatan selama 70 tahun, sakit ini hanya sedikit derita yang Allah timpakan sampai aku bisa bersabar sama seperti masa sehatku yaitu 70 tahun". Ssungguh luar biasa sikap Nabi Ayub saat menghadapi ujian dan diberi sakit.

Bahasa sederhananya, "Ujian ini tuh cuma sedikit musibah yang Allah titipkan padaku dari banyaknya nikmat yang sudah Allah berikan." Sungguh, pelajaran sabar yang indah ada di Nabi Ayub.

Maka, belajarlah setangguh Nabi Ayub. Karena kita hanya manusia biasa. Sedih dan terluka memang manusiawi tapi kita bisa belajar setangguh Nabi Ayub. Sesabar dan seikhlas beliau dalam menghadapi ujian. Untuk tidak cepat-cepat merasa kecewa dengan takdir yang Allah tentukan pada diri kita. Untuk selalu sabar, Syukur, dan ikhlas dalam segala keadaan.

Sejatinya, Allah SWT lebih paham yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah tahu yang paling pas untuk kita. Allah juga yang lebih mengerti, ujian apa yang pantas untuk kita? Karena tidak ada ujian atau cobaan yang di luar batas kemampuan manusianya. Jadi, teruslah syukuri nikmat dan ujian dari-Nya. Dan katakan kepada Allah "Ya Rabb, tanpa-Mu kami tidak mampu. Kami dan dunia ini milik-Mu, mohon lapangkaan hati kami untuk menerima takdir-Mu." Bahwa manusia sehebat dan sekuat apapun, tetap bukan apa-apa tanpa-Nya.

Di dunia ini, semuanya bersifat sementara. Anugerah dan ujian datang silih berganti. Hari ini punya uang, besok tidak punya uang. Begitulah realitasnya, jalani dengan lapang hati. Sambil tetap berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Siapapun, berdoalah untuk lebih mampu mengahadapi masalah, bukan terhindar dari masalah. Lalu, bersikap lapang dada agar menjadi pribadi yang kuat dan tabah. Tanpa keluh kesah, aplagi menyerah. Karena di balik lapang dada, ada kemewahan akhlak dan iman.

Lapang dada adalah menerima realitas. Karena hidup ini bukan melulu soal memperoleh yang terbaik. Namun lebih kepada menerima kenyataan dengan sabar dan ikhlas. Untuk selalu dekat dengan-Nya dan tetap menjadi diri sendiri. Karena toh, ujian dan kegagalan tidak akan pernah mengalahkan keinginan kuat untuk selalu memperbaiki diri. Sala, literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun