Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Boleh Jatuh 7 Kali tapi Berdiri Harus 8 Kali

26 Januari 2024   15:01 Diperbarui: 26 Januari 2024   15:19 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan saya bilang, hidup gue lagi berat! Memang benar, hidup itu berat tapi juga jangan dibikin berat. Tidak ada yang bilang hidup itu gampang. Tapi seberat-beratnya hidup, bila dijalani dan tetap berpikir positif pasti mudah. Selalu ada cara untuk bisa menikmati setiap perjalanan hidup. Kata orang Jepang, hidup itu boleh jatuh tujuh kali, tapi berdiri mampu delapan kali.

Jangankan hidup. Kerja dari pagi hingga petang pun berat. Tetap sabar di jalan walau macet juga berat. Nongkrong di kafe berlama-lama cuma ngobrol saja berat, apalagi ngomongin orang yang tidak ada habis-habisnya pasti sangat berat. Bangun di sepertiga malam itu berat, maka Allah akan mengabulkan doa dan pinta di waktu itu. Bersedekah di saat kesempitan pun berat, maka Allah berjanji akan mengganti berlipat ganda. Tatap sabar dan tidak mengeluh saat ditimpa ujian hidup itu berat, maka pertolongan akan segera dihadirkan-Nya. Dibenci dan dighibahi orang tapi tetap diam saja pun berat maka Allah akan sehat dan tenangkan hidupnya. Semua berat bila dihadapi sendiri. Tapi bila berserah kepada Allah SWT, sama sekali tidak ada yang berat.

The show must go on. Apapun kondisinya, hidup itu terus berjalan. Sesuai kehendak-Nya. Maka mulailah untuk tidak hanya fokus pada masalah. Tapi harus berani bersikap untuk membangun pundi-pundi kebaikan. Berbiuat baik dan menebar manfaat di mana pun. Bukan hanya kerja cari uang, apalagi hanya bergaul yang juntrungannya tidak jelas. Baik itu perbuatan, bermanfaat itu perilaku. Mulailah untuk seimbangkan hidup, dengan mengejar dunia sambil beribadah-beramal. Memang berat pada awalnya. Tapi setelahnya, Insya Allah akan terasa ringan dan menjadi kebiasaan.

Praktik itulah yang saya jalani di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Awalnya berat banget. Anak-anak yang membaca hanya 14 orang, koleksinya hanya 600 buku. Segala-galanya dikerjakan sendiri. Banyak orang tidak tahu, ap aitu TBM? Apalagi berada di daerah yang selama ini tidak punya akses bacaan. Membaca buku memang berat dan sesuatu yang langka. Tapi setelah 6 tahun berjalan, TBM Lentera Pustaka sudah menjalankan 15 program literasi seperti TABA (Taman Bacaan) dengan 100 anak usia sekolah, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), Literasi Digital, Literasi Finansial, dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan, di samping koleksinya mencapai lebih dari 10.000 buku. Berkiprah di taman bacaan, dulu berat sekarang ringan.

Asal baik dan bermanfaat, jalani saja sekalipun berat. Mungkin itu bagian dari jalan hidup. Karena di saat-saat merasa berat itulah kita dapat menemukan kekuatan sejati. Hingga bisa menemukan cahaya cemerlang di kegelapan yang mungkin tidak akan pernah bisa diredupkan lagi. Selain mencari jalan untuk menang, terkadang kita harus berani untuk mencoba dan gagal. Itu sudah biasa dan lazim, Maka "berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan." (QS Al Baqarah: 58).

Mulailah mempersiapkan pundi-pundi kebaikan sejak dini. Mumpung masih ada waktu. Jangan berlenggang dengan amal soleh yang alakadarnya. Karena apapun yang indah esok, hanya bisa diraih dengan kesungguhan hamba-Nya. Terkadang, perbedaan antara batu sandungan dan batu loncatan hanya terletak pada cara kita menggunakannya..

Tetap semangat dan berjuanglah sekalipun berat. Karena permata tidak dapat dipoles tanpa gesekan, dan manusia susah menjadi kuat tanpa cobaan. Ibaratnya, hidup itu boleh jatuh tujuh kali tapi berdiri harus mampu delapan kali. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun