Prinsip pergaulan, sebagian orang masih meyakini, harus memberikan manfaat kepada orang lain. Dengan begitu, pengetahuannya akan terus bertambah, pengalamannya makin berkembang, dan ilmunya kina meningkat. Sebagai makhluk sosial, bergaul atau berteman pasti terjadi. Tapi yang sulit adalah memilih tempat bergaul, dengan siapa dan untuk apa?
Saking pentingnya pergaulan, teman itu sering disebut sebagai salah satu obat hati. Ketika mampu memilih teman-teman yang punya akhlak, baik, berilmu, dan menjunjung tinggi etika. Saling menasihati dan berinteraksi dalam obrolan dan kegiatan yang positif. Bukan pertemanan yang justru jadi ladang dosa, karena kerjanya berghibah atau bergosip tidak ada habisnya. Ngobrol yang tidak ada manfaatnya. Maka hati-hati saat bergaul dan berteman, di mana dan bersama siapa?
 Â
Di zaman begini penting memiliuh tempat bergaul dan dengan siapa berteman? Berkumpul dengan orang-orang baik dan menebar manfaat. Mampu dipercaya dan fokus pada pengembangan diri, memperbaiki diri. Bukan sebaliknya hanya bisa menilai orang lain tanpa mampu menilai diri sendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Seseorang itu sesuai dengan agama temannya, maka hendaklah di antara kamu memperhatikan dengan siapa ia berteman." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Jadi sangat jelas, bergaul boleh. Tapi harus bisa memilih pergaulan dan teman yang baik. Baik ibadahnya, baik akhlaknya, baik omongannya, baik perilakunya, dan baik kehidupannya. Dan semua itu dapat dibuktikan kasat mata, terlihat jelas hidup sehari-harinya. Maka pilihannya mau bergaul baik atau buruk?
Kata Ali bin Abi Thalib, "Tiada pernah air itu bernilai, tanpa ada dahaga. Tiada pernah kehidupan itu bernilai, tanpa ada kematian. Dan tiada pernah ada persahabatan, tanpa adanya kepercayaan". Kepercayaan jadi penting dalam pergaulan masa kini. Tanpa kepercayaan, siapapun bisa terjebak pada pergaulan yang baik atau sesat. Atas nama silaturahmi tapi isinya siasat dan maksiat. Untuk apa bergaul bila kontennya ahany siasat untuk mengurusi orang lain dan maksiat untuk berbuat kejahatan. Zaman begini, baik saja belum tentu dimudahkan, apalagi jahat?
Â
Berbekal spirit itulah, pegiat literasi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak sadar betul. Untuk selalu membatasi pergaulan dan pertemanan yang tidak berarti. Hanya fokus untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Melalui aktivitas membaca buku, mengajar calistung, mengajar baca-tulis kaum buta huruf, memotivasi anak-anak, dan menjalankan aktivitas motor baca keliling. Berkiprah di taman bacaan bukan untuk popularitas atau ingin dipuji. Tapi untuk membatasi pergaulan agar tetap berada dalam jalan baik dan maslahat. Karena hari ini, tidak mudah mencari tempat bergaul yang baik dan teman yang menyehatkan? Silakan dicek sendiri saja.
Siapapun ketika di taman bacaan, sama sekali tidak perlu menyenangkan orang lain untuk ditemani. Tapi justru menjadi cerminan sikap untuk memilih tempat bergaul dan teman yang baik. Tetap berada di lingkungan yang mau berbuat baik dan menebar manfaat secara konsisten dan berkelanjutan. Menjaga ikhtiar baik dalam perjalanan kehidupan. Â
Karena literasi itu bukan hanya urusan membaca buku. Tapi mampu memilih tempat bergaul yang sehat dan mencerdaskan. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H