Saat menyimak komentar-komentar edukasi tentang masa pensiun di tiktok @syarifpensiunan ((https://www.tiktok.com/@syarifpensiunan/video/7309653227719429382?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id=7263809407941740033), ternyata ada banyak realitas dan fenomena kehidupan hari tua dan masa pensiun yang layak mendapat atensi. Khusunya untuk para pekerja yang saat ini masih aktif bekerja. Agar mau dan berani mempersiapkan masa pensiunnya sendiri. Tentu, tujuannya untuk mempersipakan masa pensiun yang nyaman dan sejahtera.
Hari tua atau masa pensiun pasti tiba, pasti akan dialami semua orang. Maka wajar, hari tua bukan untuk dihindari tapi untuk dipersiapkan. Masa pensiun bukan gimana nanti tapi nanti gimana? Selain menjaga kesehatan agar tetap sehat dan tidak sakit-sakitan, siapapun harus terus ikhtiar untuk mencapai kecukupan finansial di hari tua. Agar tetap mampu membiayai kebutuhan hidupnya, di samping tetap dapat mempertahankan gaya hidup seperti saat masih bekerja. Setuju kan?
Karena faktanya, ada beberapa realitas dan febomena di hari tua yang harus diantisipasi sejak dini. Tentang keadaan pensiunan atau masa pensiun bagi kebanyakan orang di Indonesia. Bisa jadi, realitas ini sangat dipengaruhi oleh kultur sosial dan cara pandang tentang relasi orang tua dan anak selama ini. Ada 5 realitas hari tua orang Indonesia versi tiktok yang patut mendapat perhatian diantaranya:
1. Ternyata di Indonesia, tidak semua anak mau diikutin atau ditumpangi orang tua ketika si anak sudah dewasa atau berkeluarga. Sebaliknya, tidak semua orang tua juga mau tinggal bersama anak-anaknya. Tentu, ada banyak alasan kenapa begitu. Tapi kondisi tersebut adalah realitas yang terjadi di hari tua atau masa pensiun.
2. Fakta lainnya, ternyata 70% harapan atau impian pekerja di hari tua sata pensiun nanti tidak menjadi kenyataan. Ingin berdaya secara ekonomi, ingin punya cukup uang untuk hari tua ternyata sebagian besar tidak terjadi. Maka wajar, tidak sedikit pensiunan yang "terpaksa" tetap bekerja di masa pensiun. Sayangnya, survei menyebut 2 dari 3 anak pun tidak mau membantu kebutuhan finansial orang tuanya.
3. Ada cerita yang sangat lazim di Indonesia. Bahwa saat belum berkeluarga, si anak selalu bilang "Nanti kalau Ibu sudah tua tinggal sama saya". Ehh ternyata, setelah berkeluarga dan pas orang tuanya sepuh, justru si anak tidak mau merawat orang tuanya. Bahkan ada yang menitipkan orang tua di panti jompo. Itu realitas yang ada.
4. Katanya "banyak anak banyak rezeki" agar bisa membantu biaya di hari tua, ternyata survei membutktikan anggapan itu hanya mitos. Sebagian besar tidak terjadi, maka di hari tua berniat untuk bergantung kepada anak-anak pun tidak terjadi.
5. Selalu ada nasihat untuk gaya hidup sederhana dan menabung untuk hari tua. Kenyataan justru sebaliknya, pekerja sering kali terbuai oleh gaya hidup dan belum berani menabung untuk hari tuanya sendiri. Terlalu mengandalkan kantor tempatnya bekerja atau JHT BPJS yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar di hari tua.
Kelima realitas di atas hanya contoh. Mungkin masih banyak lagi fenomena di hari tua atau masa pensiun yang harus diantisipasi. Maka pesan moralnya, siapapun yang masih bekerja saat ini memang harus mulai mempersiapkan masa pensiunnya sendiri. Sedia paying sebelum hujan, berani menabung untuk masa pensiun di saat masih bekerja. Karena jika tidak, 1 dari 5 realitas di atas bisa terjadi pada diri kita sendiri. Apalagi durasi masa pensiun yang harus dijalani saat ini tergolong panjang. Bila pensiun di usia 55 tahun dan usia harapan hidup orang Indonesia sudah di 72 tahun, maka ada masa kehidupan di masa pensiun selama 17 tahun. Tentu, sangat membutuhkan biaya yang besar apalagi ita sudah tidak bekerja lagi alias tidak punya penghasilan lagi.
Lalu, bagaimana cara pekerja mempersiapkan masa pensiunnya?