Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nggak Usah Bangga Punya Banyak Teman tapi Nggak Ada Manfaatnya?

3 November 2023   06:42 Diperbarui: 3 November 2023   07:27 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era media sosial, bisa jadi banyak orang berlomba-lomva memperbanyak teman. Melalui grup WA, facebook, telegram dan sebagainya. Seribu, lima ribu teman ada di mdia sosial. Apalagi mau banyak teman di zaman begini gampang. Ikut saja semua grup komunitas atau komunikasi yang ada di media sosial. Bahkan "teman private" pun ada di medsos. Tapi buat apa banyak teman bila nggak ada manfaatnya?

Seorang kawan saya, bangga banget punya banyak teman. Sampai-sampai waktu 7 hari dalam seminggu sangat kurang bila sudah ngobrol sama teman-temannya. Bahkan 24 jam sehari terlalu cepat bila sedang bergibah. Kerjanya nongkrong sana nongkrong sini. Sibuk wara-wiri main bersama teman-temannya. Ngobrol luring ngobrol daring hampir setiap hari. Sangat militan buat teman-temannya. Hingga bersedia melakukan apa saja asal temannya mendukung walaupun melanggar norma dan agama. Sangat bangga punya banyak teman. Bahaya, punya banyak teman lalu merasa paling benar sendiri karena teman-temannya mengiyakannya. Teman serem banget ya.

Hingga suatu kali, teman-temannya dikerahkan semua. Untuk membenci dan memusuhi orang lain. Mulai dari mengirim temannya untuk intimidasi, diajak wara-wiri dengan mobilnya kemana-mana. Hingga berkongsi dengan temannya untuk menjual "tanah" yang bukan miliknya. Hebatnya, sampai saat ini, kawan saya itu masih bangga banget sama teman-temannya. Sekalipun pertemanan tanpa akhlak. Banyak teman hanya untuk hal-hal buruk dan mencari dukungan untuk "membenarkan" perbuatan salah. Anehnya, kawan saya dengan sedikit angkuh dan bangga menceritakan perilaku buruknya ke saya dan teman-temannya. Saya sampai lupa, apa sih agama kawan saya itu?

Buat apa banyak teman bila nggak ada manfaatnya? Banyak orang lupa. Teman dalam pergaulan itu ada yang hanya untuk perkara dunia semata. Berteman tapi yang diurus hanya soal-soal dunia dan fisik doang. Ada lagi teman-teman yang bila sudah berkumpul selalu mengajak ke arah keburukan. Bergosip, gibah, bahkan fitnah karena memang sudah hobby-nya. Hingga lupa tentang berbuat baik. Boro-boro sedekah dan donasi ke anak yatim, pertemanannya hanya fokus untuk hal-hal buruk. Teman-teman yang mengajak maksiat dan makin menjauhkan diri dari Allah SWT.

Maka hati-hati berteman di zaman begini, di era media sosial. Karena nggak semua teman baik. Bahkan ada teman yang memang kerjanya menjerumuskan ke hal-hal buruk. Berteman memang butuh sikap, harus memegang prinsip. Berteman hanya untuk kebaikan. Tapi berteman lebih banyak buruknya, nggak masalah ditinggalkan. Berteman seperti akar, yang menjadi penyebab berbuat kebaikan. Mau dilihat atau tidak, tetap berteman dalam kebaikan.

Riwayat menyebutkan, siapapun yang bergaul dengan penjual minyak wangi maka akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan bergaul dengan pandai besi maka akan terkena percikan apinya atau mendapat bau asap yang tidak sedap (HR. Bukhari dan Muslim). Maka hati-hati saat berteman. Jadikan pertemanan untuk menebar kebaikan, memberi manfaat kepada sesama. Teman yang hadirnya menggembirakan dan ketiadaanya dirindukan.

Berteman itu ibaratnya "jika tidak mampu menjadi akar yang pohonnya menghasilkan banyak buah, maka jadilah akar yang menopang pohon yang memberi keteduhan bagi yang lelah". Carilah teman yang bila tidak mampu menjadi bunga, maka jangan menjadi duri. Teman-teman yang saat bergaul sering mengingatkan kita untuk berbuat baik, teman-teman yang punya akhlak dan adab, bukan teman-teman untuk maksiat.  Teman yang melarang kita dari keburukan, menasehati untuk selalu ingat "kampung halaman" tempat kembali kita kelak.

Maka atas dasar itu, saya pun memilih dan bergaul dengan teman-teman di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Karena di taman bacaan, hampir semua aktivitas yang dikerjakan teman-teman. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Ikhlas mengabdi untuk anak-anak kampung dan membangun tradisi membaca buku. Bergaul dengan kaum buta huruf, anak-anak yatim, kaum jompo, wali baca dan relawan. Teman-teman yang selalu mengingatkan akan pentingnya bersyukur dan tahu diri. Dan saya bersikap, untuk meninggalkan hiruk-pikuk pertemanan yang sebatas dunia dan kamuflase. Salam literasi! TemanTamanBacaaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun