Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati Kamu yang Berubah-ubah, Kenapa dan Harus Bagaimana?

13 Oktober 2023   05:44 Diperbarui: 13 Oktober 2023   05:45 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu-satunya hal yang pasti terjadi dalam hidup di dunia ini adalah perubahan. Sayangnya, manusia sering berharap tidak ada yang berubah dalam hidupnya. Apalagi jika kondisinya nyaman, punya banyak uang, serba cukup, terkenal, dihormati banyak orang, punya jabatan, dan lainya yang menyenangkan. Woww, bila sudah nyaman, manusia ingin selamanya dan tidak mau berubah.

Terkadang, manusia memang aneh. Di satu waktu ia bisa menangis memohon ampun, di lain waktu ia bisa tertawa melakukan dosa. Hari ini arogan, besok tahu-tahu ramah. Sama pasangannya selalu memusuhi, sama orang lain seperti orang paling baik sedunia. Dan di satu waktu ia bisa memohon kepada Allah dengan doa yang penuh harap. Di lain waktu, ia enggan datang lagi kepada Allah seolah merasa tidak butuh sama sekali.

Makin aneh manusia itu. Di satu waktu ia bisa menata hatinya sambil berkata.. "Ini semua kehendak Allah". Lalu di lain waktu ia tidak sabar dan menolak takdir Allah yang buruk untuknya. Hari ini memuji Allah. Besok lupa dari siapa nikmat yang didapatkannya itu berasal.

Itulah manusia. Hatinya sering berubah, hatinya tidak menentu. Hati yang sering menghalangi manusia untuk mendekat kepada Allah SWT. Hati yang sulit ikhlas. Hati yang memaksa, hati sombong. Hari yang harus hati-hati. Karena hati sering jadi "rumah" amarah dan benci.


Maka Rasulullah SAW mengajarkan doa khusus untuk hati. "Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik" - Wahai Dzat yang membolak-balikan hati.. teguhkan kami di atas agama-Mu". [HR. At-Tirmidzi]

Begitulah hati manusia. Sering berubah-ubah. Kemarin jahat sekali tapi hari ini berubah baik sekali. Hari ini bak malaikat, besok berubah jadi setan. Hati yang pasti berubah-ubah. Karenanya jangan sombong dengan iman. Jangan angkuh dengan tampilan. Jangan angkuh dengan kesolehan, dengan ibadah. Bisa jadi hari ini kita merasa lebih baik dari orang lain karena rajin sholat dan ngaji. Tapi esok bisa jadi iman kita berada di bawah orang yang kita anggap rendah kemarin.

Tidak ada jaminan hidayah ini dan iman ini akan terus melekat di hati kalau kita tidak menjaga hati dan meneguhkannya setiap waktu. Tidak ada jaminan saat ajal di depan mata, hati ini masih iman dan mengingat kalimat-Nya.

Maka jagalah hati, kendalikan kalbu kita. Kapanpun dan di manapun bahkan sebab apapun. Hati yang sering berubah, hanya bisa kendalikan dengan Al Qur'an yang sering dibaca. Mari kuatkan hati dengan Al Qur'an sekarang. Agar hati selalu siap menerima perubahan. Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun