Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Seruput Kopi Jelang Wisuda Anak Kedua Saya

30 September 2023   23:26 Diperbarui: 30 September 2023   23:31 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menikmati seseruput kopi di Bandara Abdul Rachman Saleh Malang, saya dan keluarga bergegas menuju homestay dekat Kampus Universitas Brawijaya (UB). Esok Minggu (1/5/2023), anak laki keduaku, Farid Nabil Elsyarif akan diwisuda sebagai Sarjana Statistik (S.Stat) dari FMIPA UB. Setelah 4 tahun bermukim di Malang, kini dia telah sampai di puncak perjalanan kuliahnya.

Jujur, tidak mudah bagi Farid anak saya. Kuliah di kota yang jauh dari Jakarta. Belum lagi, pahit getir yang dialaminya. Bukan hanya seperti batu kerikil yang menusuk kaki telanjang. Lebih dari itu, kepahitannya bak "petir di siang bolong" pun harus dilaluinya. 

Hanya bekal semangat dan iman-akhlak yang mampu mengantarnya seperti saat ini. Kuliah, wisuda, dan kini bekerja. Hampir tidak ada alasan baginya untuk berhenti melangkah.

Perjalanan orang kuliah, seperti perjalanan hidup. Sama persis dengan perjalanan waktu, di mana sekali kita melangkah maka tidak akan mampu lagi untuk mundur atau kembali. Seperti Farid anak saya pun begitu. Di pikirannya hanya ada dua pilihan, terus melangkah atau duduk meratapi keadaan. Hanya harapan akan masa depan yang memberikan cahaya penerangan di antara gelapnya keadaan. Hingga waktu demi waktu, dia terus berjuang untuk menuntaskan studi di UB.

Jelang Farid diwisuda, saya pun belajar. Bahwa tiap perjalanan apapun selalu memberi pelajaran. Selalu ada hikmah di balik peristiwa dan keadaan. Apapun alasannya. Bahwa setiap perjalanan, seberat dan seringan apapun "kemudinya" ada di tangan kita sendiri bukan di orang lain. Maka perbanyaklah perjalanan dari waktu ke waktu. Karena setiap detik dalam hidup adalah perjalanan dan setiap perjalanan adalah pelajaran.

Selamat wisuda Farid Nabil Elsyarif, S.Stat. Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun