Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Sebuah Sajak Literasi

11 Agustus 2023   07:53 Diperbarui: 11 Agustus 2023   07:57 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Sajak Literasi


Akal masih berjibaku pada ilusi

Merangkai cerita berupa fiksi

Bertutur kata hanya luapan emosi

Terlalu kotor lalu percaya diksi-diksi


Usiamu melangkah semakin beranjak senja

Penuh lalai lagi semakin terlena

Ditipu daya tanpa ada sepenggal doa

Terbuai diri merasa belum menua


Angan-angan terus berlari tiada putus

Hidupkan semangat yang makin misterius

Berlalu sambil melangkah melawan arus

Hingga lupa sebentar lagi pedang kematian menghunus


Sibuk sibuk tanpa batas di luar kewajaran

Katanya demi mencapai sang harapan

Apapun dibumbui beragam alasan

Agar amal dan ilmu mudah diabaikan


Raganya menganggap waktu selalu panjang

Lupa diri akan tiba saat nyawa menghilang

Tubuh ditanam terhimpit ke liang

Hanya jasa budi kebaikan yang tinggal dikenang


Raga pun siap diselimuti tanah

Karena sebentar lagi alam dunia menuju alam barzakh

Ketika itu saat itu masa itu selalu bertanya siapakah

Hidup tertinggal langkah penuh keluh kesah


Dan ternyata selama ini hidup dalam orasi

Banyak berkoar-koar tanpa aksi

Tapi berani menyebut diri paling bergengsi

Literasi pun kian terpenjara dalam narasi

Hanya emosi distorsi friksi tanpa mau intropeksi diri

Hingga literasi pun hingga kini hanya fantasi ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun