Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ngobrolin Buku Waktumu Dihabiskan Untuk Apa???

26 Juli 2023   05:33 Diperbarui: 26 Juli 2023   05:36 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Saat membuka lembaran demi lembaran, ternyata buku "Waktumu Dihabiskan Untuk Apa???" bukan hanya enak dibaca. Tapi seperti "menampar" saya tentang pentingnya menghargai waktu dan memanfaatkannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Saking pentingnya waktu, pantas banyak orang jurusan dunia yang menyebut "waktu adalah uang". Begitu berharganya waktu hingga  berkata bahwa waktu adalah uang, hal ini menunjukkan bahwa waktu itu benar-benar berharga. Apalagi di dalam Islam, maka hal itu lebih berharga lagi dan sangat berharga.

Ngobrolin buku "Waktumu Dihabiskan Untuk Apa???" kian menegaskan bahwa waktu yang telah berlalu memang tidak bisa diputar ulang atau dipanggil kembali. Waktu pun tidak bisa dijilat atau dicelupin seperti kopi. Waktu hanya bisa dijalani dan digunakan untuk apa? Waktu yang digunakan untuk yang bermanfaat atau waktu yang terbuang percuma. Terbukti benar, siapapun yang menyia-nyiakan waktu maka nanti waktulah yang akan menyia-nyiakan dirinya. 

Modal terbesar yang dimiliki seseorang dalam hidup, adalah waktu. Waktu memang dimiliki semuar orang. Tapi tidak semua orang bisa mengatur waktu dan memanfaatkan waktu. Maka jangan menunggu waktu yang tepat untuk melakukan hal-hal yang baik. Waktu yang menentukan seberapa banyak kebaikan ditabut, seberapa sering manfaat ditebarkan? Waktu yang terus berjalan, semakin mengajarkan bahwa masa lalu hanya bisa diambil hikmahnya. Dan waktu pula yang menyuruh untuk bersiap dan memanfaatkan waktu yang lebih baik untuk masa depan. Jadi, jangan buang-buang waktu!

Sangat benar, Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa "Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang" (HR. Bukhari).

Ketika manusia lalai dari badan yang sehat dan waktu yang luang hingga tertipu oleh dunia. Sibuk dan habis waktunya untuk urusan dunia hingga lupa bersyukur kepada Allah SWT. Lalai atas nikmat yang diberikan-Nya. Hingga lupa untuk patuh kepada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka waktu laksana pedang. Jika gagal menggunakannnya justru akan menebas kita. Waktu yang berlalu tanpa manfaat, saat disibukkan untuk hal yang sia-sia.

Saya pun tersadar. Buku "Waktumu Dihabiskan Untuk Apa??" justru semakin mengokohkan kiprah saya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Taman bacaan sebagai ikhtiar untuk memanfaatkan waktu. Untuk selalu berbagi kebaikan dan menebar manfaat kepada sesama. Membimbing anak-anak yang membaca, mengajar kaum buta aksara, menjadi driver motor baca keliling, hingga mengurus buku-buku taman bacaan. Tentang cara mengatur dan mengoptimalkan waktu yang dimiliki untuk hal-hal yang bermanfaat. Karena waktu pula, taman bacaan bisa jadi ladang amal, bukan hanya sekadar tempat membaca. 

Dari buku "Waktumu Dihabiskan Untuk Apa???" saya belajar banget. Bahwa masa depan bukan ditentukan oleh pendidikan atau pekerjaan, bukan pula oleh pangkat dan jabatan. Tidak pernah ada masa depan yang berasal dari statuss soial atau bahkan media sosial. Tapi masa depan sangat bergantung pada cara kita memanfaatkan waktu. Waktu yang dihabiskan untuk menabuk kebaikan dan menebar manfaat. Kapan pun di di mana pun.

Hingga saya pun membatin. Bahwa tidak ada yang pernah saya sesali selain keadaan ketika matahari tenggelam ajal berkurang, namun amal saya tidak bertambah. Waktu saya waktu kamu, untuk apa? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun