Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Mana Bumi Dipijak di Situ Langit Dijunjung, Kayak Apa?

25 Juli 2023   21:33 Diperbarui: 25 Juli 2023   21:55 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Asosiasi DPLK

Siapa yang nggak kenal peribahasa popular itu? "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". Di mana kita berada ya lakukan saja sesuai urusannya. Untuk apa ngurusin yang bukan urusan kita, apalagi mengganggu urusan orang lain. Seperti saya, ya waktunya di taman bacaan pasti urus taman bacaan. Waktunya di DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) ya urus DPLK, Waktunya ngajar di kampus ya hanya mengajar saja. Artinya, saya tidak urus yang bukan urusan saya. Saya tidak suka kepo, apalagi gibah dan bergosip!

Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Sesuaikan saja dengan kondisi yang realistis. Di mana kita berada ya di situ kita kerjakan dan lakukan. Toh hukum alamnya gampang. Apapun yang dilakukan, mau baik atau buruk itu pasti akan kembali kepada yang melakukannya. Siapa yang menabur maka dia sendiri yang akan menuai-nya. Percayalah, kebenaran itu akan menemukan jalannya sendiri? Sehebat apapun manusia merekayasa, maka akan terbuktikan pada akhirnya. Mana emas mana loyang? Maka tetaplah menjunjung tinggi, :di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung". Jangan masih ada di bumi tapi bertindak seperti di langit".

Saya percaya kok. Tiap perbuatan baik dan keseharian yang positif pasti berbuah kebaikan dan keberkahan. Sudah pasti, asal dilakukan ikhlas dan sepenuh hati. Kalau kata orang yang sekolah, punya komitmen dan konsistensi. Apa saja, asal komit dan konsisten pada akhirnya pasti "berbuah manis". Bersamaan dengan itu, saya hanya ikhtiar untuk terus "mengurangi" hal-hal yang tidak perlu. Kurangi ambisi, kurang keinginan, kurangi mimpi. Bahkan mengurangi teman yang tidak perlu, mengurangi bergaul yang tidak bermanfaat. Biar fokus untuk yang baik dan yang bermanfaat semata.

 Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Di mana kita berada, maka si situ kita berbuat yang terbaik. Memang sederhana, tapi nggak mudah juga eksekusinya. Sekaligus untuk hal-hal yang tidak perlu dalam keseharian. Seperti kata pepatah "Ke langit tak sampai, ke bumi tak nyata", segala sesuatunya dikerjakan tapi tanggung jadi nggak ada apa-apanya. Semua dagangan dicoba tapi nggak ada yang jadi. Akhirnya malah berantakan semuanya. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun