Wijilan, tentu tidak asing bagi para pelancong yang bertandang ke Yogyakarta. Kampung yang terletak di sebelah timur Alun-alun Utara Yogyakarta dikenal sebagai sentra gudeg, makanan khas Yogyakarta. Di Wijilan, ada banyak gerai gudeg. Ada yang Mbok ada yang Bu. Semuanya tempat makan gudeg. Sebut saja, literasi wijilan.
Dari Wijilan, siapapun bisa belajar. Bahwa rezeki memang tidak akan pernah tertukar. Selain sudah sesuai porsinya, rezeki tiap orang sudah diatur Allah SWT. Jadi, tidak usah iri apalagi ingin merebut rezeki orang lain. Tidak akan mungkin terjadi.
Rezeki tiap orang, selain sudah dijamin juga tidak akan tertukar. Masih belum yakin? "Allah SWT menjamin rezeki yang seseorang bahkan sebelum ia lahir, sehingga tidak mungkin rezeki kita tertukar dengan orang lain karena rezeki tersebut telah Allah atur dari ribuan tahun sebelum kita lahir ke dunia (HR. Muslim).
Maka perjalanan rezeki tiap orang, pasti tidak bisa diduga apalagi dipaksakan. Bila sudah rezekinya pasti dapat. Bila bukan rezekinya, mau sekuat apapun tidak aka didapat. Tapi yang pasti, rezeki butuh niat, ikhtiar, dan doa. Ada spirit baik dan berkah pada tiap rezeki. Maka kita, hanya disuruh ikhtiar dan doa yang baik. Agar rezekinya yang didapat lebih berkah. Namanya rezeki, ada yang butuh waktu panjang. Tapi ada pula yang datang secepat kilat.
Literasi wijilan itu bicara rezeki yang tidak akan tertukar. Karena sejatinya, rezeki itu tahu alamat pemiliknya. "Rezeki tidak akan tertukar, Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya. (At Talaq:3).
Tukang gudeg di Wijilan itu saling berdempetan, bersebelahan. Tapi mereka tidak ada yang takut "kehilangan rezeki". Tidak pula berkompetisi sambil pasang orang di depan gerai. Sambil memanggil orang-orang untuk makan di gerai gudegnya. Tukang gudeg di Wijilan sadar betul, bahwa rezeki sudah ada yang atur. Tidak akan tertukar apalagi diambil orang.
Maka agak aneh saja, bila masih ada orang yang "memaksa" rezeki untuk dirinya. Berbisnis harus untung terus, hingga menzolimi orang lain. Pengen punya uang tapi menjual yang bukan hak-nya. Di mana ada berkahnya bila rezeki dicari dan diperoleh dari cara-cara zolim. Ukuran berkah itu sederhana, rezekinya bertambah dan lebih mudah. Bukan begitu-begitu saja atau tambah susah.
Rezeki itu takdir. Bila milik, apapun caranya pasti datang. Bila tidak milik, sekeras apapun berjuang tidak akan datang. Maka tidak ada tempat untuk iri soal rezeki. Semua sudah sesuai porsinya. Rezeki yang sudah pantas untuk kita. Bertawakal saja. Karena apapun yang menjadi rezeki kita, pasti akan sampai ke alamat kita.
Soal rezeki, cukup lapangkan hati baikkan ikhtiar. Insya Allah, kita akan menerima sebanyak-banyak rezeki yang Allah berikan. Baik lahir maupun batin. Dan setelahnya, bersyukur dan tetaplah rendah hati. Begitu literasi Wijilan. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H