Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Ada Ya Anak-Anak yang Mau Membaca di Zaman Begini?

27 Juni 2023   07:15 Diperbarui: 27 Juni 2023   07:31 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Banyak orang selalu takjub saat melihat pemandangan gunung yang indah. Takjub pada panorama alam yang indah. Takjub saat matahari terbenam di hamparan lautan yang luas. Takjub pada bunga-bunga indah di taman. Pemandangan yang eksostis dan menyegarkan. Healing atau apalah namanya, sebagai ekspresi ketakjuban pada alam. Kata pendaki gunung, makin tinggi mendaki gunung makin indah pemandangannya. 

Siapapun, semakin kita melihat jauh ke alam maka akan semakin paham. Bahwa Tuhan Yang Maha Esa sangat sempurna, semua anugerah-Nya indah. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan?

 

Sayangnya, banyak yang lupa. Pemandangan indah itu tidak selalu alam. Sesuatu yang indah tidak selalu gunung, tidak selalu laut atau bunga di taman. Masih ada pemandangan indah yang lahir dari jiwa kemanusiaan. 

Keindahan yang lahir dari kepedulian. Sehingga mampu menghadirkan senyum dan harapan pada orang lain. Seperti puluhan anak yang membaca buku di tengah gempuran era digital. 

Anak-anak yang selalu tersenyum saat berada di taman bacaan. Anak-anak yang selalu dekat dengan buku bacaan, bahkan diantar orang tuanya untuk selalu rajin ke taman bacaan. Pemandangan indah itu yang sering terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. 

Sangat indah pemandangannya. Ketika anak-anak yang sebelumnya tidak punya akses bacaan, kini berubah menjadi pembaca buku. Senang membaca buku, gembira bermain di taman bacaan. Diberi tahu cara membaca yang benar, dimotivasi oleh tamu-tamu yang datang berbakti sosial, saling berinteraksi sesama teman sebaya, hingga bermain games bersama. Selalu ada senyum di taman bacaan, sebagai ekspresi keindahan atas nama kemanusiaan dan kepedulian. Sungguh, sebuah pemandangan langka benar-benar terjadi di taman bacaan.

Seperti saat merenungi pemandangan alam yang indah, anak-anak yang membaca buku pun menyadarkan siapapun akan besarnya dan melimpahnya anugerah Allah SWT. Buku-buku yang mendatangkan milyaran hal yang menakjubkan di dalamnya. 

Siapapun yang melihatnya pasti terkagum-kagum, sambil bertanya dalam hati, "masih ada ya anak-anak yang mau membaca di zaman begini?". Maka, alam dan taman bacaan hanya mengingatkan. Syukurilah apa yang ada dan petiklah milyaran hikmah dari perbuatan baik yang dilakukan atas nama kemanusiaaan dan kepedulian. Hingga alam pun tidak pernah letih memberikan pelajaran tentang kehidupan.

Sesuatu yang indah, tidak selalu ada di gunung, laut, atau bunga di taman. Tapi indah pun ada di taman bacaan, ada di buku-buku. Selain menjadi obat hati. Alam dan buku sering kali dijadikan tempat meditasi. Sarana untuk menjernihkan pikiran dan menentramkan jiwa bagi yang mampu menikmatinya. Untuk selalu mempertajam fokus dalam perbuatan baik, sambil membuang seluruh emosi negatif. Agar lebih lebih tenang, nyaman, dan produktif. Karena memang tidak ada ruginya bersahabat dengan alam dan buku-buku bacaan sekalipun banyak orang lebih memilih bersahabat dengan gaya hidup dan sikap konsumtif. 

Alam dan buku bacaan adalah praktik baik tentang pemandangan indah. Untuk selalu disyukuri dan dinikmati. Karena gunung yang indah tidak harus didaki. Buku-buku bacaan pun tidak harus dibaca bila sudah "mengakrabi-nya". Bula dekat dengan alam itu baik, maka dekat dengan buku-buku bacaan pun sangat baik. Karena perintah-Nya, jangan meninggalkan apapun selain jejak baik. Dan jangan membunuh apapun selain waktu yang tidak bermanfaat. Teruslah membaca, membaca, dan membaca. Iqra!

Selain menjadi pemandangan indah, Allah SWT pasti menjadikan akan dan buku-buku bacaan sebagai tempat merenung bagi siapapun yang mau berpikir. Salam literasi! #TamanBacaan #TBM LenteraPustaka #BacaBukanMaen

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun