Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudah Pesimis, Penyerah dan Hidup Tanpa Tujuan Kok Ingin Maju, Gimana Bisa?

19 Juni 2023   06:25 Diperbarui: 19 Juni 2023   07:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap Minggu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor selalu ada tamu yang berkunjung. Ada yang sekadar datang melihat aktivitas taman bacaan, ada yang ber-bakti sosial, dan ada yang mengisi acara. Ada pula yang datang hanya melihat-lihat, ngobrol atau mengkonfirmasi untuk penelitian skripsi. Dengan sengaja (bukan kebetulan), mereka datang untuk menengok aktivitas taman bacaan. Itu nyata dan terjadi.

Kenapa banyak tamu yang datang ke taman bacaan?

Selain soal komitmen dan konsistensi yang sepenuh hati, mengelola taman bacaan sangat butuh mentalitas. Ya, mentalitas. Tentang cara berpikir dan bertindak di taman bacaan. Sikap pantang menyerah dan ikhlas berkiprah di taman bacaan, sebagai jalan sunyi pengabdian yang tidak digemari banyak orang. Nah, di antara mentalitas penting di taman bacaan adalah menyingkirkan "tiga dinding penghambat" di taman bacaan yaitu: 1) pesimis, 2) penyerah, dan 3) tanpa tujuan.

Realitasnya, taman bacaan memang harus bersikap tidak pesimis, tidak penyerah, dan punta tujuan jelas. Karena di luar sana, tidak sedikit orang-orang yang seharihari hidup dalam pikiran dan tindakan yang pesimis, penyerah, dan tanpa tujuan.

Orang pesimis hanya akan berkata, "Apa betul masih bisa lagi? Kalau ternyata nggak bisa gimana?" Maka tidak ada lagi yang bisa dikerjakan atau dilakukan. Sementara orag yang penyerah pun begitu. Hanya berucap "Cukuplah segini aja. Sepertinya sudah mentok dan nggak bisa lagi!" Sehingga gagal mencoba lagi lalu terpaku dengan keadaan. Sedangkan orang tanpa tujuan, biasanya mengerjakan sesuatu tapi tidak punya visi dan tujuan yang jelas. Senang berkata, "Yah, saya sih hanya lakukan saja. Karena memang saya nggak bisa lagi?". 

Pesimis, penyerah, dan tanpa tujuan. Jangankan taman bacaan, siapapun orangnya harus berani menghindar dari ketiga mentalitas penghambat itu. Maka di TBM Lentera Pustaka, saya selalu membangun sikap optimis, pantang menyerah, dan selalu ada tujuan yang jelas. Apapun yang dikerjakan dilandasi keyakinan besar dan daya juang yang tinggi. Karena apapun di dunia ini, pasti "masih bisa lagi" untuk ditingkatkan. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan bila Allah SWT berkehendak. Maka jangan "bunuh" setiap ide dan gagasan baik dengan mentalitas pesimis, penyerah, dan tanpa tujuan.

Mentalitas penting bagi siapapun. Bahwa "yang cepat pasti mengalahkan yang besar". Itulah prinsip mentalitas di taman bacaan. Maka jangan meremehkan kecepatan. Cepat dalam berpikir, cepat dalam action. Cepat mengambil keputusan. Cepat untuk eksekusi setiap rencana. Bila saya atau taman bacaan tidak punya kelebihan, maka hanya kecepatan yang bisa dilakukan. 

Dulu saat saya masih muda, pakai hape Samsung selalu merasa minder bila dibandingkan hape Nokia. Karena Nokia sudah terlalu besar, Seperti tidak ada peluang lagi hape merek lain untuk merebut pasar Nokia. Tapi apa yang terjadi saat Android dirilis? Samsung bertindak cepat menggandeng Android. Sementara hape Nokia hanya diam saja karena merasa sudah besar. Dan hasilnya? Hari ini hape Samsung "mematikan" hape Nokia. Itulah bukti, "yang cepat mengalahkan yang besar".

Jadi, kenapa banyak rencana kita gagal terwujud? Bisa jadi, jawabnya karena kita terlalu pesimis, penyerah, dan tanpa tujuan atas apa yang diperbuat. Sehingga kita gagal bertindak cepat untuk mewujudkannya. Kita terlalu banyak ngobrol yang tidak penting, terlalu banyak diskusi di grup WA yang tidak berdampak apapun, dan mungkin kebanyakan rebahan.

Jujur saja dan sebagai evaluasi diri. Kita sering tertinggal jauh di belakang. Karena kita sering menunda dan gagal bertindak cepat. Mentalitasnya pun sering pesimis, penyerha, dan tanpa tujuan. Maka hari ini, penting untuk bertindak cepat. Cepat mengambil keputusan untuk berbakti di taman bacaan, cepat untuk berkreasi apapun asalkan baik dan bermanfaat. 

Karena apapun, prinsipnya sederhana bahwa "yang cepat akan mengalahkan yang besar". Salam literasi! #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun