Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selera Tiap Orang Itu Berbeda, Nggak Usah Dipaksakan apalagi Merendahkan Orang Lain

30 Mei 2023   04:29 Diperbarui: 30 Mei 2023   05:12 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada orang suka makan gado-gado, ada yang suka bakso. Ada yang doyan makanan jepang, ada pula yang doyan makanan asli Indonesia, ramesan. Begitu pula, keindahan alam. Ada yang suka gunung, ada yang suka laut, Ada yang healing ke tempat ramai seperti car free day, ada yang healing-nya ke tempat sepi. Ada yang kerjanya berbuat, ada yang hobinya menuntut. Itulah yang disebut selera.

Selera secara sempat diartikan nafsu makan. Tapi bila diluaskan, selera berkaitan erat dengan kesukaan atau gairah akan sesuatu, dalam hal apapun. Selera setiap orang itu berbeda-beda. Saya saja punya selera bereda dengan anak saya, apalagi dengan orang lain. Setiap orang bebas menentukan seleranya masing-masing. Tapi sayangnya, tidak sedikit orang yang memaksakan seleranya kepada orang lain. Ujung-ujungnya, akibat perbedaann selera seseorang merasa boleh merendahkan orang lain. Sangat salah dalam menafsirkan selera.

Menulis dan berkiprah di taman bacaan adalah selera saya. Sementara orang lain, mungkin seleranya nongkrong di kafe, bermain sama teman-temannya. Ada orang yang seleranya berbuat baik terus-menerus setiap waktu. 

Ada selera orang yang berbuat jahat dari waktu ke waktu. Menjual barang yang bukan hak-nya, mencuri uang melalui m-banking. Lalu berkoar-koar cerita ke orang lain bahwa dia orang baik. Ada yang seleranya menebar hoaks dan aib orang lain, sementara ada orang yang hanya berdiam diri saja apapuyn yang terjadi. Yah begitulah, selera orang, selalu berbeda-beda. Biarkan waktu yang akan membuktikan, "selera" siapa yang baik dan tidak baik.

Sangat penting hari ini untuk menghargai selera masing-masing orang. Karena basisnya, persepsi dan pemahaman setiap orang memang berbeda. Jangan karena perbedaaan selera lalu menghakimi orang lain. Atau karena ada orang lain yang merasa seleranya lebih baik, mudah sekali baginya menjatuhkan harga diri orang lain. 

Selera atau sust pandang setiap orang itu berbeda, maka cukup tahu saja. Siapapun sama sekali tidak bisa menyeragamkan pikiran dan perbuatannya dengan orang lain. Masing-masing orang punya seleranya sendiri. Seperti keinginan dan kebutuhan tiap orang pun tak sama. Jadi, cukup hargai tiap perbedaan selera yang terjadi. Berbeda itu realitas dan manusia kok.

Di media sosial, di kehidupan sehari-hari. Selera banyak orang pasti berbeda. Termasuk selera terhadap capres-nya pun berbada. Lalu untuk apa mencibir atas selera pemimpin yang berbeda. Rileks saja, tidak usah gundah gulana atas perbefdaan selera. Untuk apa merendahkan orang lain karena beda selera. Nggak apa-apa kok beda selera dan beda pendapat. Yang terpenting adalah tetap berusaha saling menghargai atas perbedaaan selera.

Tetaplah jadi orang baik di mana pun berada. Sekalipun kita selalu buruk dalam cerita orang lain. Itu terjadi karena beda selera. Tidak masalah, karena memang tugas orang lain adalah membenci. Tugas kita cukup mencintai diri sendiri. Jangan pernah meremehkan orang lain karena beda selera. Untuk apa berdebat pada orang yang percaya dengan kebohongannya sendiri. Akibat beda selera yang ingin dipaksakannya. Seolah-olah, apapun yang diperbuat orang lain selalu salah sementara dirinya pun belum tentu benar. Selera itu subjektif dan tidak ajeg untuk orang lain. 

Selera itu demokratis. Agar siapapun berlatih untuk hidup merdeka, tanpa paksaan dan intimidasi orang lain. Silakan pengen begini pengen begitu, asal tidak memaksakannya kepada orang lain. Karena selera tiap orang berbeda-beda. Rileks saja dalam hal apapun. Tetap santai dalam kesibukan, tetap tenang sekalipun di bawah tekanan. Tapi tetap optimis di setiap tantangan dan perbuatan. Agar tetap berpikir jernih dalam menatap masa depan yang lebih baik. 

Selera, bila tidak sama kenapa tidak boleh beda? Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun