Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Fakta Presiden saat Meninjau Jalan yang Rusak di Lampung

6 Mei 2023   07:01 Diperbarui: 6 Mei 2023   07:37 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kompasiana.com

Jalan rusak di Lampung viral. Setelah tiktoker Bima mengangkatnya di media sosial, tiktoker lainnya yang mengungkap realitas jalan rusak di berbagai tempat. Ada yag berenang di kubangan, ada yang mancing ikan di jalan, ada yang mendorong mobil, dan sebagainya. Hingga viral dan mengundang komentar banyak pihak.

Ujungnya kemarin, Presiden Jokowi pun terjun langsung meninjau "jalan rusak" di Lampung. Setidaknya, ada 5 (lima) fakta dan realitas yang ditemukan langsung saat kunjungan presiden ke jalan rusak di Lampung, antara lain:

1. Rute atau jalur jalan rusak yang dipilih presiden ternyata bukan jalan yang yang sudah diperbaiki Pemda Lampung beberapa hari sebelumnya. Ini kebiasaan buruk yang sering terjadi di negeri ini. Bila ada yang "kurang beres", setelah viral atau mau dikunjungi baru diberesin. Budaya yang buruk masih banyak terjadi, bila ada tamu penting mau datang lalu buru-buru lokasinya di-make up biar bagus.

2. Presiden menolak menggunakan helikopter saat meninjau jalan rusak. Alasannya sederhana, bagaimana bisa merasakan jalan rusak bila naik helikopter? Lagi pula, bila pakai helikopter bisa jadi rute yang ditempuh tidak sesuai realitas. Namanya sudah "di atas" kan tergantung pilot mau dibawa kemana? Budaya buruk begini sering terjadi. Maka sering tidak nyambung, masalahnya di mana tapi dibawanya ke mana? Tidak tepat sasaran jadinya.

3. Adanya satire saat presiden melewati jalan rusak menyatakan "jalannya bagus sampai tertidur di mobil". Sebuah sindiran yang pedas terhadap kondisi jalan yag rusak. Tinggal yang mendengarnya, merasa disindir atau tidak? Untuk segera memperbaiki diri dan membenahi jalan yang rusak.

4. Gubernur Lampung menyalahkan soal truk yang tonase berat sehingga bikin jalan rusak. Budaya menyalahkan orang lain ini memang paling gampang atas kekuarangan yang terjadi. Istilahnya mencari "kambing hitam". Budaya ini harus dibuang jauh-jauh, untuk selalu menyalahkan orang lain.

5. Janji presiden Rp, 800 milyar untuk memperbaiki jalan rusak di Lampung. Satu sisi, ini solusi atas perbaikan jalan yang rusak Di sisi lain, janji ini bisa jadi tidak adail untuk daerah lain. Karena mungkin, banyak daerah yang kondisi jalannya rusak seperti di Lampung. Budaya ini pun harus hati-hati, apa benar semua jalan rusak akan diambil alih oleh pemerintah pusat?

Apa hikmahnya? Sebagai pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, maka saya menyebut "taman bacaan jangan sampai seperti jalan yang rusak". Karena taman bacaan adalah proses, maka segala proses dalam berliterasi dan membangun kegemaran membaca harus dilakukan. Taman bacaan adalah jalan, bukan tujuan. Harus ada komitmen dan konsistensi dalam berkegaiatan di taman bacaan. Ada aktivitas membaca buku, ada kegiatan rutin yang terencana. Maka di taman bacaan, harus ada anak, ada buku, dan ada komitmen berproses. 

Jangan sampai, taman bacaan ramai dan punya aktivitas pada saat mau ada tamu datang atau ada program bantuan. Bervenah dan Bersiap diri saat ada event, tapi setelah event "sepi kembali". Taman bacaan pun tidak perlu menyalahkan orang lain. Cukup lakukan terobosan dan kreasi agar diminati anak-anak dan masyarakat. Harus ada ikhtiar yang dilakukan untuk 1) mengajak anak-anak membaca, 2) menamah koleksi buku, dan 3) meningkatkan komitmen agar taman bacaan mampu terus berkiprah. Ada atau tidak ada bantuan, ada atau tidak ada tamu. Taman bacaan harus terus berkegiatan dan bergerak tanpa mengenal lelah, tanpa pamrih.

 

Bercermin dari jalan rusak, TBM Lentera Pustaka pun selalu introspeksi diri. Untuk memperbaiki niat, membaguskan ikhtiar, dan seolalu berdoa. Agar dapat terus berbenah dan menebar manfaat melalui aktivitas tamam bacaan yang dikembangkannya. Bila taman bacaan tetap istikomah dalam berkegiatan, Insya Allah anugerah dan berkah akan datang dengan sendirinya. Seperti yang dialami TBM Lentera Pustaka yang akan meluncurkan 1) motor Pustaka hibah PBI, DirjenKebudayaan RI, Dana Indonesiana, dan LPDP, 2) sepeda baca listrik, 3) event CSR Manulife Indonesia, dan 4) MNC Peduli dalam waktu dekat ini. 

Jadi, perbaiki yang "rusak" di mana pun dan di taman bacaan, Agar lebih bermafaat untuk orang lain di mana pun. Karena apapun yang rusak, biasanya tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yag buruk? Salam literasi #TamanBacaan #PegatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun