Ketika ada yang bertanya, untuk apa berkiprah di taman bacaan?
Toh, anak-anak itu bukan anak kita. Bahkan daerah itu pun bukan tanah kelahiran kita. Buang-buang waktu, tenaga, dan pikiran saja. Zaman sudah serba digital, kok kita mau-maunya berkutat dengan buku-buku yang konvensional. Biarkan saja mereka mau jadi apa. Bukan urusan kita, begitu kata seorang kawan. Menarik untuk dibahas.
Cara berpikir seperti itu hanya contoh. Tentu, masih banyak lagi. Orang-orang yang individualis, dan merasa urusan membaca buku atau taman bacaan hanya buang-buang waktu. Tidak salah, tapi mungkin mereka ada di jajaran "orang-orang yang belum kelar dengan dirinya sendiri". Sehingga perbuatan baik dan kebaikan itu dibatasi oleh pikirannya sendiri. Oarng-orang yang kian lupa. Bahwa hidup itu disuruh berbuat kebaikan tanpa batas, tanpa pamrih. Bahkan diminta untuk "khoirunnass anafa uhum linnass". Sebaik-baik manusia itu yang paling bermanaat untuk orang lain.
Oke, jadi untuk apa berkiprah di taman bacaan? Sederhananya, saya menjawab. Bahwa taman bacaan itu urusan aku dan Tuhan. Bukan sekedar menyediakan akses bacaan. Bukan pula sebatas membangun kegemaran membaca. Tapi urusan tentang "warisan" apa yang mau saya tinggalkan saat pergi dari dunia nanti. Urusan ibadah dan amal soleh, berarti urusan seorang hamba dengan Tuhan-nya. Saya selalu tegaskan, bila ada orang ibadah dengan cara membangun masjid atau gereja. Maka, saya ibadah dengan membangun taman bacaan. Sesederhana itulah, alasan saya berkiprah di taman bacaan.
Entah kenapa, kok makin banyak orang mengkhawatirkan tentang hidup di dunia. Terlalu takut untuk berbuat baik kepada orang lain. Lalu membatasi pikiran dan perbuatan baik-nya sendiri. Seolah-olah, amal ibadah hanya sebatas kesalehan ritual. Lalu, kesalehan sosial nanti saja dulu. Tapi saat bicara ke mana-mana, bilangnya kesalehan itu harus paripurna. Hablumminallah, hablumminannass.Â
Â
Hari ini, di kiri kanan, main banyak orang yang khawatir dan takut. Khawatir siapa yang bakal jadi presiden nanti. Takut nggak makan besok. Bingung gimana nanti di hari tua. Bahkan berkeluh-kesah karena gaji tidak cukup untuk biaya hidup. Lalu jadi benci karena BBM naik. Maka jadilah tudingan, hujatan, dan kebencian bertabur di dalam dirinya. Segala rupa dipikirkan, segala hal diberi komentar. Akhirnya, pusing sendiri frustrasi sendiri. Lalu berdalih, boro-boro mau berbuat baik untuk orang lain? Ngurusin hidup sendiri saja belum kelar-kelar. Begitulah ceritanya.
Terlalu khawatir, merasa takut, bahkan berpikir yang salah. Lalu, orang lain "dilarang" berbuat baik. Karena hidupnya merasa begitu-begitu saja. Atau begini-begini saja. Hampir putus asa. Ujungnya dalam hati ia berdoa, "Ya Allah, aku sudah ikhtiar tapi mengapa Engkau tidak adil kepadaku?". Bisa-bisanya berdoa saja masih sempat menyalahkan Tuhan.
Kita sering lupa. Selagi hidup di dunia, masalah itu selalu ada. Selesai satu, datang lagi yang lain. Pasang surut, persis seperti keimanan seseorang. Ada kadarnya, ada waktunya pula. Tinggal bagaimana kita menyikapinya? Asal spirit dan perilaku untuk berbuat baik harus tetap dipelihara. Memangnya, siapa yang bilang. Bila ada masalah, terus tidak boleh berbuat baik? Jangan pernah menyalahkan Tuhan, bila masalah selalu datang silih berganti.
Jadi, saat ditanya lagi soal kenapa berkiprah di taman bacaan?
Dengan tegas, saya selalu katakan. Taman bacaan itu urusan antara aku dan Tuhan. Karena taman bacaan adalah ladang amal semua orang. Sebagai bagian dan cara saya untuk memperbaiki hubungan dengan Tuhan, dengan makhluk Tuhan lainnya. Bisa jadi, taman bacaan adalah jalan hidup sebagian orang. Sebagai cara untuk membereskan hubungan dengan Tuhan. Agar Tuhan pun berkenan membereskan urusan dunianya. Taman bacaan sebagai cara untuk menyenangkan Tuhan. Agar Tuhan pun mau menyenangkan hamba-Nya. Dan untuk urusan apapun, semuanya sangat mudah bagi Tuhan.Â
Jadi tidak usah khawatir. Tidak perlu takut urusan apapun. Tenang saja karean Tuhan sudah mengatur semuanya. Manusia hanya cukup niat yang baik, ikhtiar yang baik dan doa yang baik. Isnya Allah, semua akan baik-baik saja. Jadi teruslah menebar kebaikan, menabur manfaat di taman bacaan. Tidak masalah bila ada orang yang menganggu. Tidak apa ada orang yang berprasangka. Bahkan iri atau dengki, biarkan saja. Asal tetap tunjukkan perbuatan baik, kapan pun dan di mana pun.
Karena ujung dari perbuatan baik di taman bacaan. Adalah sabar dan syukur dalam segala keadaan. Hingga waktu yang akan membuktikannya. Dan bila masih ada yang bertanya, kenapa berkiptah di taman bacaan? Jawab saja, taman bacaan itu urusan aku dan Tuhan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H