Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Tukang Ngopi di Hari Kemerdekaan RI, Merdeka Itu Subtansi Bukan Reaksi

16 Agustus 2022   20:53 Diperbarui: 16 Agustus 2022   21:01 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sahabat, merdeka itu ngopi.

Mari rayakan Kemerdekaan RI sambil ngopi. Karena dosa meninggalkan kopi itu setara dengan menghujat pemimpinnya sendiri. Sama beratnya dengan berkeluh-kesah setiap hari tanpa memberi solusi. Maka biar lebih rileks, dan realistis. Ngopi dulu hingga disebut sebagai tukang ngopi. Jadi ngopi dululah. Agar mampu menghargai kemerdekaan RI yang sudah diraih.

Mari ngopi di Hari Kemerdekaan RI. Agar jangan sampai lupa mensyukuri apa yang telah ada. Sudah merdeka kok masih berkeluh-kesah dan bermentalitas korban. Bila ada masalah ya selesaikan, cari solusinya, Bukan malah ngedumel dan menyalah-nyalahkan orang lain. Katanya "merah putih", katanya tanah tumpah darahku. Lalu kenapa masih merana? Mungkin yang salah bukan negeri. Tapi mental dan pikiran buruk yang ada di dalam diri. 

Jadilah seperti tukang ngopi. Saat berada di warung kopi. Mau dilayani jutek tidak masalah. Apalagi dilayani dengan sopan, pasti sangat menghargai. Rileks saja, karena tukang ngopi sadar. Ngopi bisa ngeselin, bisa juga ngangenin. Tapi pada secangkir kopi, selalu ada rasa pahit yang berakhir manis. Karena ngopi itu nikmatnya bukan maen.

Kopi itu netral. Tidak pernah memilihi siapa yang layak untuk menikmatinya. Ada yang ngopi karena aromanya, ada pula karena harganya. Bahkan sekarang, banyak orang ngopi karena suasananya. Agar tetap bergairah dan terasa plong. Di hadapan secangkir kopi, semua orang sama saja. Tidak ada yang istimewa. 

Di mata tukang ngopi. Merdeka itu bukan hanya pekikan. Bukan pula euphoria apalagi sekadar mengganti foto profil dengan ikat kepala merah putih. Merdeka di zaman sekarang itu harus realistis. Berani mengambil sikap, apapun risikonya. Karena sikap jauh lebih penting daripada fakta. Jangan bilang merdeka, bila hidup masih dalam kungkungan pikiran dan ocehan buruk. Merdeka tapi tidak merdeka.

Merdeka di mata tukang ngopi itu sederhana. Bahwa siapa pun hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Bukan karena orang lain apalagi dipengaruhi orang lain. Hoaks, ujaran kebencian, dan caci-maki itu tidak pernah terjadi bila punya sikap. Maka, ngopilah dulu. Agar lebih rileks dalam hidup. 

Kata Bung Karno dan Bung Hatta, merdeka itu tidak akan datang dengan sendirinya. Tapi harus diperjuangkan. Harus cari cara untuk bisa membebaskan bangsanya dari penjajahan. Termasuk berani mengambil risiko untuk memproklamirkan kemerdekaan. Walau dengan teks proklamasi yang ditulis tangan. Bila menunggu mesin ketik, Belanda keburu datang dan akhirnya tidak jadi merdeka.

 

Maka sahabat, mari rayakan kemerdekaan sambil ngopi. Karena pada secangkir kopi, hitam itu tidak selalu kotor dan pahit. Hitam pun tidak selalu menyakitkan. Hitam justru jadi simbol bahwa kita masih sehat. Jadi bisa tahu, mana hitam mana putih. Agar tidak usah terpengaruh atau ingin mempengaruhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun