Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengembangan Program Pensiun Sukarela, Tim Kajian BKF Kunjungi Peserta DPLK Sektor Informal

21 Juli 2022   06:38 Diperbarui: 21 Juli 2022   06:59 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Asosiasi DPLK

Sebagai upaya mengumpulkan data dan informasi terkait program pensiun sukarela di lapangan, tim kajian Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI melakukan site visit peserta DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) sektor informal di Klaten Jawa Tengah (20/7/2022). Tim BKF dan Universitas Brawijaya didampingi Prospera, Asosiasi DPLK, DPLK Bank Jateng, dan Bank Jateng Capem Klaten menemui langsung 3 (tiga) peserta DPLK sektor informal yang bekerja sebagai pedagang rempah-rempah, pengepul, dan pemilik warung.

Ternyata ada hal yang menakjubkan dari program pensiun sukarela seperti DPLK. Seperti yang dilakukan Ibu Erna, pedagang rempah-rempah di Pasar Klaten. Dia memiliki 4 rekening DPLK dengan setoran iuran rata-rata Rp. 1 juta per bulan yang didedikasikan untuk hari tua, di samping menambah dana Pendidikan anak. Dengan masa kepesertaan sudah lebih dari 12 tahun, Erna secara sukarela memiliki program pensiun sukarela DPLK untuk keperluan di hari tuanya.

Begitu pula Ibu Sugeng yang bekerja sebagai pengepul kardus memiliki 2 rekening DPLK atas kesadarannya sendiri menabung untuk hari tua, rata-rata sebesar Rp. 1 juta per bulan. Sementara Ibu Marni, pemilik warung menyisihkan Rp. 200 ribu per bulan untuk keperluan umroh di hari tua. Sekalipun keduanya tidak berpenghasilan tetap namun tetap mampu membayar iuran DPLK secara regular dan telah menajdi peserta DPLK di atas 10 tahun.

Melalui site visit peserta DPLK sektor informal ini dapat ditegaskan 1) adanya kesadaran sektor informal untuk menyiapkan masa pensiun dan hari tua melalui DPLK, 2) perlunya edukasi tentang manfaat DPLK untuk hari tua secara tepat, dan 3) minat program pensiun sukarela seperti DPLK di sektor informal tetap ada dan berpotensi untuk berkembang. DPLK sebagai alternatif pendanaan hari tua pun bisa jadi pilihan untuk mengkalkulasikan kesiapan dana pekerja informal di hari tua dan pemanfaatannya. Sekalipun mereka tidak mendapatkan fasilitas perpajakan atau tidak terlalu peduli terhadap hasil pengembangan yang diperolehnya. Intinya, menabung untuk hari tua atau masa pensiun.

Site visit ke peserta DPLK sektor informal ini menjadi bagian dari pemetaaan dan realitas objektif program pensiun sukarela di sektor informal. Seiring penyusunan kajian prioritas nasional tahun 2022 bertajuk "Grand Design Sistem Pensiun Nasional dalam rangka Penguatan Perlindungan Sosial di Hari Tua dan Akselerasi Akumulasi Sumber Dana Jangka Panjang". Ada 13  subtopik kajian yang dilakukan, salah satunya terkait dengan strategi pengembangan program pensiun sukarela.

Selain site visit ke peserta DPLK sektor informal, tim kajian pun melakukan focus group discussion (FGD) tentang strategi pengembangan pensiun sukarela dan perlindungan pensiun bagi pekerja formal swasta di Semarang hari ini (21/7/2022) dan dilanjutkan di Bandung Minggu depan. Seperti diketahui, hasil survei menyebutkan 9 dari 10 pekerja di Indonesia tidak siap untuk pensiun. Hal itu dikarenakan tidak adanya perencanaan masa pensiun yang berkualitas saat masih bekerja. Karena itu, pensiun bukan gimana nanti tapi nanti gimana? Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #ProgramPensiunSukarela

Sumber: Asosiasi DPLK
Sumber: Asosiasi DPLK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun