DAAI TV sebagai televisi cinta kasih dan pendidikan melakukan liputan khusus documenter yang mengangkat kisah pegiat literasi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saking khususnya, shooting liputan ini memakan waktu 3 hari penuh (13-15 Juli 2022).
Beragam adegan dan kisah di TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan masyarakat, seperti aktivitas membaca anak-anak kampung, wawancara dengan Susi (wali baca), aktivitas GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBIRA), kelas prasekolah, ramah difabel, wawancara dengan Rendy anak pembaca aktif, orang tua dan warga, aktivitas MOtor BAca KEliling (MOBAKE) hingga kiprah Syarifudin Yunus sebagai Pendiri TBM Lentera Pustaka yang berdomisili di Jakarta sengaja datang setiap akhir pekan untuk membimbing anak-anak yang membaca menjadi konten utama dalam liputan dokumenter DAAI TV.
Pak Syarif adalah sosok pegiat literasi di kaki Gunung Salak yang telah membesarkan TBM Lentera Pustaka yang didirikannya 5 tahun lalu. Dari hanya 14 anak pembaca kini menjadi 130-an anak pembaca aktif. Dari hanya 1 proram literasi menjadi 14 program literasi. Dari tidak punya relawan kini memiliki 18 relawan yang ikhlas mengabdi di taman bacaan.Â
Sebuah kisah perjalanan membangun kegemaran membaca anak-anak kampung di tengah gempuran era digital tersaji dalam liputan DAAI TV ini. Jatuh bangun dan suka duka di taman bacaan "dikupas tuntas" dalam tayangan pendidikan nonformal yang penuh makna oleh DAAI TV.
Melalui liputan kisah pegiat literasi di kaki Gunung Salak ini, DAAI TV sebagai jaringan televisi nirlaba di Indonesia telah memainkan peran penting dalam mengangkat tayangan berkualitas tentang aktivitas taman bacaan dan budaya literasi di masyarakat. Semua disajikan apa adanya dan menyajikan berbagai "angle" realitas yang terjadi di taman bacaan.
Â
Sebagai pendiri, Syarifudin Yunus pun mendirikan TBM Lentera Pustaka dan terjun langsung mengelola taman bacaan untuk menekang angka putus sekolah yang tergolong masih tinggi di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab, Bogor.Â
Dan kini TBM Lentera Pustaka pun telah menjadi pusat pemberdayaan masyarakat yang didukung program koperasi simpan pinjam dengan 30 ibu anggota untuk menghindari warga dari jeratan rentenir, menjadi taman bacaan untuk 2 anak difabel, tempat belajar calistung 28 anak kelas prasekolah, hingga santunan 14 anak yatim binaan dan 9 jompo binaan. Sebuah taman bacaan yang dikelola dengan hati, bukan hanya logika.
Bagi Pak Syarif, begitu panggilannya, TBM Lentera Pustaka adalah "jejak warisan" yang kelak akan ditinggalkan kepada umat, di samping membentuk akhlak dan karakter positif anak melalui taman bacaan. Taman bacaan yang bukan hanya tempat membaca buku. Tapi sekaligus menjadi ladang amal dan sarana ibadah untuk 250 orang penerima layanan taman bacaan setiap minggunya.
Â
Kenapa taman bacaan? Jawabnya sederhana. Bila banyak orang ingin ibadah optimal dengan cara membangun masjid dan meramaikannya, maka Syarif pun memilih ibadah dengan membangun taman bacaan dan menjadikan tempat yang menyenangkan banyak orang.Â
Bagaimana kisahnya, nantikan di DAAI TV. Salam literasi #DAAITV #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H