Atas realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor selalu menyuarakan akan perilaku membaca di kampung-kampung. Tidak kurang 130 anak-anak usia sekolah dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) ditemani dan diajak agar terbiasa membaca.Â
Membaca sebagai keberanian bukan pelajaran. Membaca sebagai praktik bukan teori. Bahkan mendatangi kampung-kampung yang tidak punya akses bacaan melalui MOtor BAca KEliling (MOBAKE) seminggu 2 kali. Agar anak-anak usia sekolah lebih akrab dengan buku-buku bacaan.Â
Tadinya hanya 1 program literasi, kini TBM Lentera Pustaka pun menjalankan 14 program literasi, termasuk pemberantasan buta aksara, calistung anak prasekolah, dan koperasi simpan pinjam.Â
Tentu semua program literasi punya tujuan dan ciri masing-masing. Tidak kurang 250 orang per minggu menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka.
Membaca dinanti tapi dikhianati.Â
Membaca sering dirindu tapi kerap diseteru. Membaca dicinta tapi selalu dinista. Membaca disukai tapi dicederai. Banyak yang lupa, membaca bukan soal gaya-gayaan. Membaca bukan pula untuk status sosial. Tapi membaca adalah status akhirat. Tentang apa yang sudah dikerjakan dan diperbuat. Karena apa pun pasti dipertanggungjawabkan nantinya. Maka membaca itu jalan bukan tujuan.Â
Kenapa membaca? Karena membaca adalah ikhtiar untuk memperbaiki diri. Untuk introspeksi diri agar lebih baik di kemudian hari. Maka membaca jangan dikhianati, Membaca tidak cukup hanya dinanti tapi harus di-eksekusi. Karena tanpa membaca, siapa pun akan merana. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H