Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Membaca Sering Dinanti tapi Selalu Dikhianati

17 Juni 2022   10:02 Diperbarui: 17 Juni 2022   10:09 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Atas realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor selalu menyuarakan akan perilaku membaca di kampung-kampung. Tidak kurang 130 anak-anak usia sekolah dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) ditemani dan diajak agar terbiasa membaca. 

Membaca sebagai keberanian bukan pelajaran. Membaca sebagai praktik bukan teori. Bahkan mendatangi kampung-kampung yang tidak punya akses bacaan melalui MOtor BAca KEliling (MOBAKE) seminggu 2 kali. Agar anak-anak usia sekolah lebih akrab dengan buku-buku bacaan. 

Tadinya hanya 1 program literasi, kini TBM Lentera Pustaka pun menjalankan 14 program literasi, termasuk pemberantasan buta aksara, calistung anak prasekolah, dan koperasi simpan pinjam. 

Tentu semua program literasi punya tujuan dan ciri masing-masing. Tidak kurang 250 orang per minggu menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka.

Membaca dinanti tapi dikhianati. 

Membaca sering dirindu tapi kerap diseteru. Membaca dicinta tapi selalu dinista. Membaca disukai tapi dicederai. Banyak yang lupa, membaca bukan soal gaya-gayaan. Membaca bukan pula untuk status sosial. Tapi membaca adalah status akhirat. Tentang apa yang sudah dikerjakan dan diperbuat. Karena apa pun pasti dipertanggungjawabkan nantinya. Maka membaca itu jalan bukan tujuan. 

Kenapa membaca? Karena membaca adalah ikhtiar untuk memperbaiki diri. Untuk introspeksi diri agar lebih baik di kemudian hari. Maka membaca jangan dikhianati, Membaca tidak cukup hanya dinanti tapi harus di-eksekusi. Karena tanpa membaca, siapa pun akan merana. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun