Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Membaca Sering Dinanti tapi Selalu Dikhianati

17 Juni 2022   10:02 Diperbarui: 17 Juni 2022   10:09 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Tidak ada yang bantah. Bahwa membaca buku itu penting, Katanya, membaca sebagai jendela dunia. Ada lagi yang sebut, membaca adalah samudera ilmu pengetahuan. Bahkan tidak sedikit orang yang meyakini, masa depan dan kesuksesan katanya kaibat membaca buku. Maka nasihat orang-orang pintar dan sukses, selalu menyebut "perbanyaklah membaca untuk meraih hidup yang lebih baik".

Lalu kata orang bijak, "Membacalah untuk hidup, bukan hidup untuk membaca". Entah, itu maksudnya apa? Apa orang disuruh membaca agar hidup atau jangan hidup untuk membaca. Sama dengan "makanlah untuk hidup, bukann hidup untuk makan". 

Kadang, orang-orang pintar malah suka bikin bingung orang-orang awam. Membaca buku saja bisa dibolak-balik. Pantas, membaca buku kian sulit jadi kebiasaan. Akibat sering dipelintir atau dinarasikan belaka. 

Membaca dinanti tapi dikhianati.

Semua orang sepakat. Membaca itu besar manfaatnya. Membaca itu penting. Bahkan membaca masih jadi topik bahasan yang tidak lekang oleh waktu. 

Banyak orang yang menantikan saat-saat untuk membaca buku, di mana pun dan kapan pun. Tapi sayang, membaca pun sering dikhianati. Membaca buku sudah diabaikan banyak orang. Apalagi di era digital yang semuanya serba gawai.

Karena sibuk, banyak orang tidak punya waktu untuk membaca buku lagi. Ada yang kemana-mana membawa buku tapi tidak pernah dibaca. Ada yang berbicara tentang membaca atau literasi tapi perilaku membacanya kosong. Akhirnya, membaca pun hanya sebatas omongan, bukan kelakukan. Membaca sering dinanti tapi selalu dikhianati.

Membaca dinanti tapi dikhianati. 

Katanya gemar membaca tapi satu buku belum tentu tuntas dibaca dalam seminggu. Katanya membaca penting tapi sebatas teori tanpa praktik. Katanya senang membaca tapi nongkrongnya di kafe-kafe. 

Katanya kutu buku tapi tiap hari tawaf di mal atau tempat hiburan. Katanya sedang membaca buku tapi nyatanya lagi ngobrol. Kasihan aktivitas membaca, sering dijadikan "tameng" tanpa pernah dijadikan "tindakan". Itulah kenapa membaca sering dinanti tapi selalu dikhianati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun