Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung

14 Juni 2022   12:27 Diperbarui: 14 Juni 2022   12:41 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Itu hanya peribahasa yang sering diucapkan orang. Tapi faktanya, tidak banyak orang yang memahami maknanya. Menganggap hidup sebagai beban, punya pekerjaan terlalu banyak mengeluh. Akhirnya, tidak bisa bertindak baik dan berlaku profesional. Di mana pun dan untuk kepentingan apa pun.

Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Sejatinya siapa pun, di mana pun berada maka harus memberikan yang terbaik. Niat, ikhtiar, dan doa yang terbaik disajikan dalam aktivitas apa pun. Karena pekerjaan dan aktivitas apa pun, pasti ringan dan mudah bila dikerjakan dengan penuh rasa syukur dan ikhlas. Tentu, dikemas secara professional dan sepenuh hati, bukan setengah hati.

Zaman begini, entah kenapa? Banyak orang bekerja tapi merasa terpaksa. Alhasil, hidupnya sering mengeluh. Lalu gampang iri terhadap kehidupan orang lain. Merasa gaji kecil, merasa tidak cukup lalu kecewa dengan tempatnya bekerja. Hingga akhirnya membandingkan dirinya dengan orang lain. 

Itu semua Tindakan salah. Lupa ya, pekerjaan, uang, rezeki atau harta itu bukan dilihat dari besar-kecilnya. Tapi dinilai dari berkah-nya. Apaq pun bila tidak berkah, intinya tidak akan berlangsung lam, tidak bertambah, bahkan tidak bermanfaat. Silakan dicek saja, di sekat kita, ada yang begitu-begitu saja. Bahkan tidak berubah hidupnya sama sekali. Karena apa? Karena tidak berkah, bukan karena tidak punya uang.

Banyak orang gampang lelah saat bekerja karena terlalu banyak mengeluh. Banyak pegiat literasi mudah frustrasi mengurus taman bacaan karena dianggap sebagai beban. Belum professional, belum bertindak yang terbaik tapi sudah terlalu banyak mengeluh. Lalu, apa yang diharapkan dari pekerjaan semacam itu?

Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Maka berikan yang terbaik saat kita berada di mana pun. Dalam pekerjaan maupun dalam aktivitas sosial. Pekerjaannya sehari-hari memang itu, lalu kenapa dikeluhkan? Makadi mana pun, kerjakan apa pun dengan baik. Tanpa keluhan tanpa beban. Insya Allah, hasilnya berkah.

Bukankah, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Maka jadikan tiap pekerjaan dan aktivitas sebagai ladang amal kita. Dan ketahuilah, satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan dengan hebat adalah dengan cara mencintai pekerjaan yang kita lakukan. Bukan mengeluhkannya apalagi membencinya, karena itu tugas orang lain. Salam literasi

Make everybody happy, maka di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Salam literasi #EdukatorDanaPensiun #PDPLK #DanaPensiun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun