Ketahuilah, taman bacaan yang bertahan di era digital itu harus di-ikhtiarkan bukan hanya didiamkan. Seperti rezeki pun harus dicari bukan ditunggu.Â
Maka proses dan aktivitas taman bacaan menjadi kata kuncinya. Harus ada kegiatan yang dibikin di taman bacaan, apa pun bentuknya. Taman bacaan tidak boleh berdiam diri apalagi pasrah.Â
Karena memang, membangun kegemaran membaca di kalangan anak-anak dan masyarakat itu tidak mudah seperti membalik telapak tangan.
Rezeki di taman bacaan itu ibarat "buah yang ada di pohon". Hanya ada dua sifat, yaitu: 1) ada yang berjatuhan dan 2) ada yang bergelantungan. Rezeki yang berjatuhan itu pasti datang atas izin Allah SWT.
Taman bacaan yang baik atau tidak baik pasti ada rezekinya karena sifatnya mutlak.Â
Tapi rezeki yang bergelantungan, tentu harus diikhtiarkan dan butuh perjuangan untuk menggapainya. Rezeki yang harus dipanjat, digapai dengan ilmu pengetahuan dan kerja keras karena sifatnya ikhtiar.Â
Nah di taman bacaan, yang bikin beda itu "berkahnya". Taman bacaan yang berkah pada akhirnya akan memberikan manfaat dan pasti bertahan sekalipun dihadang berbagai tantangan.Â
Bila sebaliknya, maka taman bacan pun "stagnan" begitu-begitu saja bahkan sulit untuk bisa bertahan.Â
Sebagai tempat perbuatan baik, maka taman bacaan harus dikelola dengan sepenuh hati bukan setengah hati. Harus didukung oleh komitmen dan konsistens yang kokoh. Maklum, hambatan di taman bacaan itu tidak kecil.
Dan yang tidak kalah penting di taman bacaan. Perbaiki terus niat, ikhtiar dan doa yang baik. Selalu bersyukur dan bersabar dalam segala keadaan. Berlapang hati dalam menjalankannya.Â
Karena taman bacaan bukanlah tujuan tapi jalan. Bila segala hal yang baik sudah dijalankan di taman bacaan, maka selebihnya serahkan kepada Allah SWT.Â