Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Getol Ibadah Ritual Abaikan Ibadah Sosial, Kok Bisa?

9 Mei 2022   10:23 Diperbarui: 9 Mei 2022   10:34 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: TBM Lentera Pustaka

Setelah Idul Fitri kali ini, salah satu hikmah yang saya peroleh adalah ibadah itu bukan hanya ritual tapi juga sosial. Ibadah sosial sama pentingnya dengan ibadah ritual kepada Allah SWT. Berbuat baik kepada sesama manusia selama di dunia tidak kalah penting dibandingkan kepatuhan terhadap perintah-Nya untuk akhirat. Maka, kualitas ibadah siapa pun harus terus-menerus diperbaiki, baik ritual maupun sosial.

Menjaga hubungan dengan sesama manusia itu sama pentingnya dengan memelihara hubungan dengan Allah SWT. Ibadah tidak cukup hanya ritual. Menjalankan sholat 5 waktu, menjadi hafizh, bahkan pandai ilmu agama.

Namun, kesalehan ritual yang dimilikinya tidak bermanfaat dan berdampak baik kepada sesama umat. Orang lain tetap terpuruk dan tidak beranjak menjadi lebih baik dalam hidupnya. Sekali lagi, ibadah itu bukan hanya ritual tapi juga sosial.

Mungkin hari ini, kian banyak orang-orang yang belajar agama dan jago dalam urusan ibadah ritual. Tapi sayang secara sosial, tetap gemar mengumpat atau mencela pemimpin atau orang lain dengan segala cara. 

Hobi bergibah atau berbicara banyak atas hal-hal yang tidak manfaat untuk dirinya, bahkan untuk orang yang dibicarakannya. Jadi percuma, ahli ibadah ritual namun mengabaikan ibadah sosial. Hidup tidak cukup hanya kesalehan ritual tanpa diimbangi kesalehan sosial. 

Ibadah apa pun bentuknya, ritual maupun sosial, sejatinya bukan karena ingin mendapat pahala. Agama yang dipahami sebatas mengganjar ibadah dengan pahala patut diperbaiki. Ibadah, tentu dilakukan bukan untuk membayar "utang budi" pada siapa pun, bukan pula meminta upah pahala sebagai balasan. Ibadah kok egois.

Bukti bahwa ibadah sosial pun lebih bernilai daripada ibadah ritual. Ibadah apa pun bukan karena ingin pahala atau dipuji, terlalu egois. Tapi ibadah adalah wujud rasa cinta kepada sesama dan bukti syukur atas segala nikmat dan anugerah Allah SWT.

Karena sejatinya, ibadah di agama apa pun memiliki misi untuk menggerakkan ekonomi rakyat, memeratakan kesejahteraan, memberdayakan kalangan tidak mampu, bahkan membaguskan akhlak dalam berpolitik atau bermasyarakat.

Maka salah, bila hari ini ibadah dijalankan seperti agamanya pedagang yang hanya mikirin untung (surga). Salah pula bila ibadah dikerjakan seperti agamanya para budak yang hanya takut disiksa majikan (neraka). Apalagi menjadikan ibadah sebagai agitasi personal. 

Sebagai luapan rasa gelisah, benci, dan amarah yang tiada pernah berhenti. Ibadah-lah seperti hamba yang bebas. Ibadah untuk mencintai dengan penuh kesadaran, mensyukuri dengan penuh ketakwaan. Ibadah yang berdaulat dan tetap enjoy menjalankannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun