Akibat emansipasi, terus terang, untuk menjadi perempuan sukses, wanita yang pintar, dan wanita yang kaya nyata-nya tidaklah susah. Tapi di tengah kesuksesannya, perempuan pun harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai.Â
Untuk menjadi perempuan yang solehah, selalu bersyukur, sabar, dan Sesuai kodrat ke-perempuanan-nya. Karena perempuan tetap perempuan, apapun stuatus dan jabatannya. Karenanya emansipasi perempuan butuh sikap, bukan ambisi.
Sikap perempuan yang tidak gampang lupa atas kewajibannya dan kodratnya. Perempuan yang tidak hanya mengejar urusan dunia. Tapi mampu pula menjadi tiang keluarga, Amanah, dan tetap mendidikan anak-anaknya melalui contoh pikiran dan perilaku baiknya.Â
Karena sejatinya, emansipasi bukanlah pemberontakan terhadap kodrat kewanitaannya. Bukan pula berjuang untuk setara di satu sisi. Tapi salah kaprah dengan keberhasilan dan kebebasan dirinya di sisi lain.Â
Emansipasi bukan perempuan sibuk yang akhirnya membiarkan anak-anak kesepian. Bukan pula anak-anak yang mudah dicaci maki karena ibunya merasa benar tanpa mampu introspeksi diri. Bila hari ini, masih ada anak-anak yang "terluka hatinya" karena ibu mereka. Itu tanda bahwa Kartini hanya sebatas ambisi bukan sikap.
Sekali lagi, emansipasi itu sikap bukan ambisi. Maka jangan pernah ada. Kaum perempuan yang berani berkata "ya" untuk orang lain. Tapi mudah berkata "tidak" untuk keluarganya.Â
Maka di Hari Kartini, perempuan harus tetap introspeksi diri. Untuk berubah menjadi sosok yang lebih baik. Tentu, harus dimulai dengan memperbaiki sikapnya bukan mengubah kondisi di luar dirinya. Â Apalagi hanya untuk mengejar ambisi atau obsesi.Â
Makna Hari Kartini adalah memperbaiki sikap bukan mengokohkan ambisi. Karena emansipasi adalah sikap bukan ambisi. Salam dari Kartono untuk Kartini. #HariKartini #EmansipasiWanita #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H