Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tafsir Emansipasi Zaman Now di Hari Kartini

21 April 2022   12:18 Diperbarui: 21 April 2022   12:29 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pribadi
Sumber: pribadi

Akibat emansipasi, terus terang, untuk menjadi perempuan sukses, wanita yang pintar, dan wanita yang kaya nyata-nya tidaklah susah. Tapi di tengah kesuksesannya, perempuan pun harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai. 

Untuk menjadi perempuan yang solehah, selalu bersyukur, sabar, dan Sesuai kodrat ke-perempuanan-nya. Karena perempuan tetap perempuan, apapun stuatus dan jabatannya. Karenanya emansipasi perempuan butuh sikap, bukan ambisi.

Sikap perempuan yang tidak gampang lupa atas kewajibannya dan kodratnya. Perempuan yang tidak hanya mengejar urusan dunia. Tapi mampu pula menjadi tiang keluarga, Amanah, dan tetap mendidikan anak-anaknya melalui contoh pikiran dan perilaku baiknya. 

Karena sejatinya, emansipasi bukanlah pemberontakan terhadap kodrat kewanitaannya. Bukan pula berjuang untuk setara di satu sisi. Tapi salah kaprah dengan keberhasilan dan kebebasan dirinya di sisi lain. 

Emansipasi bukan perempuan sibuk yang akhirnya membiarkan anak-anak kesepian. Bukan pula anak-anak yang mudah dicaci maki karena ibunya merasa benar tanpa mampu introspeksi diri. Bila hari ini, masih ada anak-anak yang "terluka hatinya" karena ibu mereka. Itu tanda bahwa Kartini hanya sebatas ambisi bukan sikap.

Sekali lagi, emansipasi itu sikap bukan ambisi. Maka jangan pernah ada. Kaum perempuan yang berani berkata "ya" untuk orang lain. Tapi mudah berkata "tidak" untuk keluarganya. 

Maka di Hari Kartini, perempuan harus tetap introspeksi diri. Untuk berubah menjadi sosok yang lebih baik. Tentu, harus dimulai dengan memperbaiki sikapnya bukan mengubah kondisi di luar dirinya.  Apalagi hanya untuk mengejar ambisi atau obsesi. 

Makna Hari Kartini adalah memperbaiki sikap bukan mengokohkan ambisi. Karena emansipasi adalah sikap bukan ambisi. Salam dari Kartono untuk Kartini. #HariKartini #EmansipasiWanita #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun