Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Crazy Rich Indonesia Bedebah, Literasi Online Lengah

24 Maret 2022   07:59 Diperbarui: 24 Maret 2022   08:01 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Crazy Rich Indonesia lagi ramai nih. Tentang anak-anak muda yang ingin cepat kaya tapi menipu atau merugikan orang lain. Triliunan rupiah "menilap" uang orang lain. Dalihnya, trading atau investasi online. Ada si Indra, ada di Doni yang kini masuk penjara. Akibat investasi illegal, judi online, penipuan, perbuatan curang atau pencucian uang. Apalah namanya, intinya si crazy rich itu pembohong dan merugikan orang lain. Geblek.

Anehnya, kenapa banyak orang percaya sama yang begituan ya? 

Orang-orang yang tidak literat. Berharap bisa ikut kaya seperti si crazy rich. Biar tekor asal kesohor. Nilainya juga gila, sampai triliunan rupiah. Ehh ujungnya, boro-boro bisa dapat hasil investasi. Uang yang diinvestasikan pun tidak bisa dikembalikan. Jangankan kaya, uang kembali pun tidak. Yah, minimal semua korban jadi stress. Sambil bertanya ke dalam hati, kok bisa ya? Memang penyesalan adanya di belakang Bos. Kalau di depan namanya pendaftaran.

Belajar dari kasus crazy rich Indonesia, berarti ada masalah dengan literasi online di Indonesia. Banyak orang mudah tertipu secara online. Karena di online, semuanya mau serba cepat, serba instan. Kerja keras tidak mau tapi pengen kaya, dari mana? Pengen punya uang banyak tapi kerjanya leha-leha, dari mana? Akibat tidak paham cara ber-online. Banyak orang lupa, online atau media sosial itu hanya "dunia tipuan". Seolah hidup mewah di dunia maya, tapi nyatanya?  Silakan di cek sendiri saja, teman-teman online-nya.

Online memang tidak bisa dihindari.  Bahkan kini sudah jadi kebutuhan primer. Tapi online pun butuh literasi. Harus tahu cara memakainya, untuk apa dan bagaimana? Apalagi di Indonesia, saat ini menurut KompasTekno dari We Are Social (23/2/2021), waktu yang dihabiskan orang Indonesia untuk mengakses internet per hari rata-rata yaitu 8 jam 52 menit. Dan dari 170 juta pengguna internet di Indonesia, 96,4 persen di antaranya meng-akses melalui  smartphone.

Maka wajar, gara-gara online. Banyak pelajar masuk RS jiwa karena kecanduan ponsel. Akibat menonton youtube dan main gim online hingga terganggu kesehatan mentalnya. Tertawa sendiri, sibuk sendiri tapi hanya di dunia maya. Sibuk mengomentari, sibuk update status bak selebriti online. Maka wajar bila terganggu mentalnya. Karena kian jauh dari duniay nyata, terkesima dengan dunia online. Mengerikan sekali.

Penting untuk literasi online. Bahwa dunia online tidak selalu baik. Bahkan bila mau jujur, online itu lebih banyak jeleknya daripada bagusnya. Online itu lebih banyak buruknya daripada baiknya. Apalagi untuk mereka yang terbuai gaya hidup dan popularitas. Hidupnya jadi terlalu direkayasa, hidup yang kamuflase. Persis seperti si crazy rich yang terjerat kasus hukum sekarang. 

Dunia online itu hakikinya "tidak seindah warna aslinya". Semuanya serba rekayasa alias tipuan. Kecuali online yang digunakan untuk keperluan yang baik, perbuatan yang bermanfaat. Karena itu, jangan terpukau dengan dunia online. Tetaplah hidup secara manual, hidup di dunia yang sebenarnya. Jangan cari pahala vuma sebatas online. Tapi tidak pernah melakukan apa pun di dunia nyata.

Jangan percaya dunia online. Spirit itulah yang diusung Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Taman bacaan yang menyediakan akses membaca buku secara manual, bukan online. Agar anak-anak tetap mampu bersosialisasi, berinteraksi dengan buku secara manual. Termasuk aktivitas memberantas buta aksara, mengajari anak-anak pra sekolah, mengayomi anak-anak difabel, dan menyantuni anak-anak yatim dan jompo binaan. 

Di taman bacaan, perbuatan baik itu aksi nyata bukan hanya di dunia maya. TBM Lentera Pustaka meyakini dengan membaca buku, targetnya tidak ada lagi anak-anak putus sekolah. Tidak ada lagi kaum buta huruf, jangan ada lagi pernikahan dini. Atau anak-anak yang terjerat narkoba padahal keluarganya msikin. Maka taman bacaan, adalah satu-satunya "lawan tanding" yang seimbang untuk dunia online.

Dunia online itu baik. Bila tahu cara pakainya, tahu waktu untuk memakainya. Dan tetap berpijak pada realitas. Mampu membedakan saat di dunia nyata, saat di dunia maya. Dan yang terpenting, dunia online itu menipu dan penuh rekayasa. Maka berhati-hatilah. Agar tidak merugi atau terjerat kasus hukum akibat perbuatan online.

Siapa pun bisa jadi apa pun di dunia online. Hebat di dunia maya, keparat di dunia nyata seperti di crazy rich di Indonesia. Bahkan di dunia online, siapa pun bisa membenci, mencaci atau menyakiti. Online bukan jadi ladang amal malah jadi ladang dosa. 

Jadi, online itu tidak semuanya baik. Bahkan lebih banyak mudarat daripada maslahat. Jangan percaya dunia online, itu sudah cukup untuk literasi online. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun