Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaya Ucapan Miskin Tindakan, Untuk Apa Jadi Orang Luar Biasa?

14 Maret 2022   07:48 Diperbarui: 14 Maret 2022   07:50 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Banyak orang pengen jadi orang luar biasa. Sukses, kaya, punya pangkat dan jabatan. Orang luar biasa dianggap berprestasi, khususnya di dunia. Segala sesuatu diukur dari pencapaian dan prestasi saja. Segalanya luar biasa dan patut diacungi jempol. 

Maka banyak orang saat ditanya, mau jadi apa? Jawabnya, mau jadi orang luar biasa. Orang yang sukses, kaya, dan hebat di mata manusia lainnya.

Apa orang luar biasa harus sukses dan kaya?

Sama sekali bukan begitu. Orang luar biasa bukan diukur dari kesuksesan apalagi kekayaan. Karena itu semua amanah dan titipan semata. 

Luar biasa juga tidak diukur dari popularitas. Apalagi hanya bersandar pada cita-cita yang keren. Tanpa pernah dieksekusi, hanya sebatas niat baik. 

Entah kenapa, semua orang kok ingin jadi orang luar biasa?

Sejatinya, untuk jadi orang luar biasa itu gampang. Sering-sering saja nongol di media sosial, lalu di-like dan banyak komentar.

Luar biasa pun bisa diraih dengan berjuang seoptimal mungkin untuk dikagumi banyak orang di dunia maya. Jadi orang luar biasa di zaman begini, cukup jadi orang yang mewah dalam ucapan tapi miskin dalam Tindakan. Luar biasa!

Nyatanya, hanya sedikit orang yang mau jadi orang biasa. Saat ditanya mau jadi apa? Jawabnya cukup jadi orang biasa yang menebar manfaat dan kebaikan kepada orang lain. 

Orang biasa, yang tidak harus hebat apalagi terkenal. Orang biasa itu sederhana dalam ucapan tapi mewah dalam tindakan. Mau terus belajar dan selalu ikhtiar menebar manfaat kepada orang lain. Agar hidupnya lebih bermakna. Khoirunnaas ana'uhum linnas. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.

Orang biasa seperti pegiat literasi di taman bacaan. Selalu berjuang untuk sediakan akses bacaan dan mau menemani anak-anak yang membaca buku di tengah gempuran era digital. Mereka yang berjuang demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat secara ikhlas. 

Tidak ada bayaran, dan bertindak atas nama kemanusiaan. Orang biasa tidak masalah mengabdi di jalan sunyi, tanpa gemerlap panggung popularitas. 

Orang biasa di taman bacaan hanya tahu berbuat kepada sesama. Membarantas buat aksara, menyediakan akses bacaan, membimbing anak-anak difabel, yatim binaan, jompo binaan, dan mendirikan koperasi agar masyarakat terhindar dari jeratan rentenir. Seperti program literasi dan aktivitas taman bacaan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.

Orang biasa itu tetap fokus menebar manfaat dan selalu memberikan yang terbaik untuk orang banyak. Orangnya biasa tapi tindakannya luar biasa. 

Berani melakukan sesuatu dengan cara yang beda, berani keluar dari comfort zone, dan berani bertindak sekalipun orang-orang lain tidak peduli. Selagi baik dan manfaat selalu dikerjakan dengan konsisten. Tanpa peduli penilaian orang lain.

Orang biasa itu lawannya orang luar biasa.

Punya pangkat, punya jabatan. Bergelimang harta hingga mengukir status sosial mentereng. Itu semua ciri-ciri orang luar biasa. Maka wajar, orang luar biasa saat komen di media sosial pun seenak-enaknya. Hanya dia yang benar, yang lainnya salah. Orang luar biasa, selalu merasa sudah "jadi sesuatu" dari sebelumnya yang "bukan apa-apa". Orang luar biasa gila pujian, mengagumi kehormatan.

Berbeda dengan orang biasa. Orang yang sederhana, yang selalu merasa bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Orang biasa yang diberi anugerah seberapapun disyukuri, tanpa dikeluhkan. 

Orang biasa yang selalu ikhtiar menebar kebaikan untuk orang lain. Orang-orang yang selalu nrimo, apa adanya. Orang biasa selalu percaya. Bahwa apa pun yang terjadi pada dirinya adalah atas iin Allah SWT. Orang biasa hanya bisa bersyukur dan bersabar, dalam segala keadaan.

Orang biasa, tidak pernah peduli dari mana dia berasal. Orang biasa tidak peduli siapa dia sebelumnya. Orang biasa pun hanya fokus pada "siapa dia hari ini" dan mau ke mana dia esok? Apa yang telah diperbuat untuk orang lain, seberapa besar manfaatnya untuk orang lain? 

Maka di mata orang biasa, sama sekali tidak penting jadi orang luar biasa. Asal sederhana dalam ucapan tapi mewah dalam tindakan. Selalu mampu mengubah niat baik jadi aksi nyata. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun