Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Literat?

7 Februari 2022   07:59 Diperbarui: 7 Februari 2022   08:05 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Semua orang pasti sepakat. Bahwa perbuatan baik yang paling baik itu ditunjukkan bukan diomongkan. Karena baik adalah perbuatan, bukan sekadar ucapan. Tidak ada yang lebih baik selain perbuatan baik yang dilakukan. Lalu hari ini, perbuatan baik apa yang sudah diperbuat?

Sebagai mahkluk sosial, siapa pun bisa mengembangkan simpati dan empati untuk tergerak membantu sesame. Tentu sebisa dan semampu yang dilakukan. Baik waktu, pikiran tenaga, maupun materi untuk "doing something" yang baik. Sehingga kebaikan menjadi nyata. Bukan hanya di media sosial atau agar dianggap 'baik' dari luar saja. Karena sejatinya kebaikan sekecil apa pun harus bersumber dari hati. Bukan hanya logika, apalagi demi pujian atau nama besar.

Maka jangan buang-buang waktu untuk berurusan pada hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Jangan pula ceramah kebaikan tanpa dilakukan, seperti yang ada di grup-grup WA. Tanpa ada perilaku baik. Sekali lagi, baik itu perbuatan. Maka kerjakanlah kebaikan di mana pun. Mumpung masih ada kesempatan waktu, mumpung masih diberi nafas di dunia ini. Jangan tunda lagi kebaikan apa pun yang bisa dikerjakan.

Jika kamu dapat pagi hari, maka jangan tunggu sore hari. Gunakanlah waktu sehat sebelum sakit tiba. Gunakan hidup sebelum kematian tiba. Berlomba-lomba bukan hanya soal dunia, apalagi soal pangkat dan jabatan. Tapi berlomba-lombalah dalam kebaikan, dalam urusan akhirat. Sementera di lur asana, masih banyak orang-orang yang membutuhkan ulurangan tangan kita. Sebagai ladang amal, ladang kebaikan yang ada di depan mata. 

Seperti yang dilakukan pegiat literasi di taman bacaan. Walau hanya menyediakan tempat untuk membaca buku agar anak-anak kampung tidak putus sekolah. Mengajarkan kaum ibu buta huruf agar bisa membaca dan menulis. Atau menyantuni anak-anak yatim atau kaum jompo yang kesulitan untuk hidup sehari-hari. Taman bacaan adalah tempat perbuatan baik, tempat menghadirkan senyum anak-anak kampung untuk menatap masa depan dengan optimis. Maka jangan tunda berbuat baik sekalipun di taman bacaan, selain tempat-tempat lain yang bisa jadi ladang amal. Karena baik itu literat.

Ketahuilah, waktu itu hanya dua. Yaitu waktu yang lalu atau waktu yang akan datang. Sementara waktu yang lalu, apa pun kondisinya, tidak dapat diulang lagi. Sementara waktu yang akan datang, akan dipergunakan untuk apa? Lalu apalagi yang bisa dilakukan manusia, selain berbuat kebaikan di waktu yang akan datang. Untuk menutupi dosa dan kesalahan masa lalu. Untuk diubah menjadi perbuatan baik sebagai ladang pahala di masa yang akan datang. Kerjakanlah kebaikan sekecil apa pun dan di mana pun. 

 

Amal perbuatan baik apa yang sudah dilakukan hari ini?

Itulah pertanyaan mudah yang masih sulit dijawab. Maka jangan tunda lagi, kerjakanlah amal kebaikan selagi bisa. Lakukan segera perbuatan baik, jangan hanya kata-kata baik. Tutupi dosa masa lalu dengan pahala di masa datang. Mulailah menutup mata pada pikiran negatif, kebencian, iri, apalagi gibah yang tidak perlu. Jangan fokus pada hidup orang lain. Tapi fokus pada kebaikan dan kebahagiaan diri sendiri. Agar lebih bermanfaat untuk orang lain di waktu tersisa.

Hidup bahagia itu bukan karena status sosial tinggi. Bahagia bukan pula popularitas apalagi banyaknya harta. Bahagia itu bukan karena banyak teman. Apalagi merasa mentereng di media sosial. Bahagia adalah suasana batin yang mendekat dan beroijak pada aktivitas untuk meraih ridho Allah SWT. Selalu mau berbuat baik untuk menebar manfaat kepada orang lain. Bahagia itu akhirat bukan hanya dunia. Bahagia itu saat berani bersabar, bersyukur, dan istiqomah dalam kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun