Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pegiat Literasi Jangan Pernah Berharap Kesempurnaan

31 Januari 2022   09:05 Diperbarui: 31 Januari 2022   09:10 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah realitas, hari ini banyak orang yang menuntut kesempurnaan terjadi pada orang lain. Sementara dirinya sendiri adalah makhluk yang tidak sempurna. Maka siapa pun, jangan pernah berharap sempurna. Karena tidak ada sama sekali manusia atau hal yang sempurna selagi masih bermukim di dunia. Kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.

Sekali lagi, jangan pernah berharap kesempurnaan. Asal jujur dan apa adanya, lebih baik membuat kesalahan daripada memalsukan kesempurnaan. Berkoar-koar di media sosial seperti orang baik dan selalu benar. Hanya untruk memalsukan diri, sementara orang yang ditudingnya hanya diam saja. Bertindak seperti orang berdaya dan mampu, sementara track record-nya tidak ada apa-apanya. Banyak orang terlihat sempurna karena dibantu mulutnya, sementara orang lain hanya berdiam diri.


Terus, bila orang lain salah. Apa kamu pasti benar? 

Belum tentu dong. Saya sendiri tidak pernah percaya ada manusia yang mampu mengerjakan apa pun dengan sempurna. Selagi masih jadi manusia pasti punya salah, ada khilafnya. Salah sedikit atau banyak, besar atau kecil. Apa pun dalihnya. Bagaimanapun juga, tidak ada orang yang sempurna. Hanya banyak orang tidak mau jujur, bahkan tidak berani mengakui kesalahannya.

Mengejar kesempurnaan, untuk siapa pun, hanya akan membuat manusianya jadi stres dan frustrasi. Hingga berdampak berdampak buruk pada hidupnya. Jangan lupa, sesuatu indah itu dibangun dari hal-hal yang tidak sempurna. Maka cukup, lakukan apa pun dengan baik. Walau tidak sempurna, namun tetap apa adanya dan berdampak positif untuk orang lain. Seperti pegiat literasi di taman bacaan, mereka tidak lakukan apa pun untuk sempurna. Tapi selalu ikhtiar untuk melakukan yang terbaik.

 

Maka khusus pegiat literasi dan relawan taman bacaan. Pesen sederhananya adalah jangan pernah berharap untuk sempurna. Tapi cukup lakukan yang terbaik di taman bacaan. Demi tegaknya kegemaran membaca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat. Fokus saja untuk mengelola dan menghidupkan kegiatan literasi di taman bacaan, Apa pun kondisinya, apa pun kendalanya. Taman bacaan, tidak perlu menjadi sempurna untuk menginspirasi orang lain. Tapi biarkan orang-orang terinspirasi oleh taman bacaan saat menangani ketidaksempurnaannya. 

Taman bacaan bukan tempatnya kesempurnaan. Pegiat literasi pun tidak perlu jadi orang sempurna. Literasi pun tidak usah pengen macam-macam. Tapi cukup semacam saja. Untuk menyediakan akses bacaan, bukan menuding minat baca rendah. Taman bacaan pun sama sekali tidak penting mengurusi orang lain, Apalagi kepo, gossip, gibah dan fitnah. Karena orang lain itu tidak peduli dan tidak membantu taman bacaan kan? Maka taman bacaan hanya fokus pada apa yang harus dilakukan. Fokus pada taman bacaan itu sendiri, bukan pada orang lain.

Spirit "jangan pernah berharap kesempurnaan" itulah yang jadi roh TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sekalipun banyak kendalanya tapi tetap fokus berliterasi. Hingga kahirnya kini, tetap fokus menjalankan taman bacaan sebagai tempat membaca 130 anak usia sekolah dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) di Kec. Tamansari Bogot. Dengan koleksi lebih 10.000 buku, kini tiap anak TBM Lentera Pustaka sudah terbiasa membaca 3-10 buku per minggu. Selain taman bacaan, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan 11 program literasi lainnya seperti:1) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari belenggu buta aksara, 2) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 3) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 4) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 5) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 6) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 7) DonBuk (Donasi Buku), 8) RABU (RAjin menaBUng), 9) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 10) LITFIN (LITerasi FINansial), dan 11) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun